"Nanti juga kamu bakalan tau,"

Zarin terdiam, dia bingung menjawab apa. Sedangkan Zevan terus mengecup lehernya tanpa henti. Otaknya seakan berkata 'tidak' tapi tubuhnya memberi respon 'iya'.

"Eora...." Zevan membalikan tubuh Zarin, seketika tatapan mereka bertemu, Zarin dapat melihat kedua mata Zevan sudah memerah, suaranya menjadi serak dan itu terdengar sangat seksi.

No! Zarin berfikir jernih plis!

Zevan mengangkat dagu Zarin dengan jarinya, detik berikutnya Zevan memiringkan wajahnya dan saat itu juga tubuh Zarin membeku saat kedua bibir mereka kembali menyatu.

Zarin memejamkan matanya, ia merasakan Zevan menciumnya lembut, berbeda seperti saat dikantor waktu itu. Zevan melumat, menghisap bibir bawahnya kuat. Zarin benar-benar tidak dapat berfikir jernih, ia menikmati sensasi berbeda yang diberikan Zevan.

Zevan melumat bibir Zarin tanpa ampun. Ciuman nya semakin menuntut. Ia menjelajahi setiap inci yang menjadi candunya sekarang. Zarin mulai mengalungkan tangannya pada leher Zevan. ia menikmati permainan ini.

Ciuman Zevan mulai turun kearah leher Zarin, mengecupnya dan menyesapnya hingga meninggalkan tanda kemerahan disana. Hampir saja Zarin meloloskan desahannya saat hisapan Zevan semakin kuat.

Zevan semakin menjadi,  saat dirasa tidak ada perlawanan dari Zarin. tangannya mulai bergerak membuka kancing piyama yang tengah dikenakan Zarin.

Zarin membuka matanya, ia menahan tangan Zevan yang ingin membuka kancingnya lagi. Saat itu juga permainan Zevan terhenti. Dengan nafas memburu ia menatap Zarin yang kini juga menatapnya.

"Belum waktunya," Ucap Zarin mengancingkan kembali kancingnya yang terbuka dengan tatapan tak terlepas pada Zevan.

"Maaf," Lirih Zevan, tangannya bergerak mengelap sisa-sisa di bibir Zarin yang terlihat membengkak.

"Plis kamu jangan marah, maaf aku hampir kelepasan, Maaf Raa..." Zevan memegang tangan Zarin, Tatapannya menjadi sendu, ia sedikit takut saat Zarin tidak menjawabnya.

"Ssst, apaan sih kamu. Aku gak marah Zev, Udah ayo turun, kamu pasti belum makan kan?" Ucap Zarin mengalihkan pembicaraan dan melewati Zevan begitu saja. Mati-matian ia berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Beneran kamu engga marah?" Tanya Zevan lagi, mengintili Zarin dari belakang.

"Engga, Zev." Jawab Zarin menuruni tangga dengan perasaan tak karuan.

"Jadi kalo aku ngelakuin lagi, kamu gak bakal marah kan?" Goda Zevan dengan cengiran diwajahnya.

"Oh jadi kamu mau aku marah beneran?" Ucap Zarin berkacak pinggang berbalik menatap Zevan tajam.

"Eh engga kok!" ucap Zevan gelagapan.

"Makanya kalo cium-cium itu jangan sembarangan!" Gerutu Zarin melangkahkan kakinya kearah dapur.

"Tapi kamu juga menikmatinya,"

"ZEVAN!"

"Iya, iya engga, nanti aku izin dulu deh kalo mau cium." ujar Zevan membuat Zarin semakin kesal.

LEORA ZARIN [END]Where stories live. Discover now