Ia terbangun saat merasakan pergerakan yang mengusap rambutnya lembut. Dilihatnya Zarin yang sudah terbangun tersenyum padanya. Zevan sudah melarang Zarin untuk pergi ke kantor. Ia takut jika Zarin bertemu dengan orang itu yang kini entah berada dimana.

Zarin bersikeras untuk tetap bekerja, setelah beberapa rayuan dan memaksa, akhirnya Zarin luluh dan menuruti perkataan Zevan.

Zevan membenarkan letak dasinya, ia baru saja selesai melaksanakan meeting, ia berencana akan pergi ke rumah Zarin sekarang. Ia ingin memastikan wanita-nya tetap aman.

Dengan langkah tegap Zevan mulai berjalan keluar dari ruangan. melangkahkan kakinya dengan gagah, rambutnya yang dibiarkan berantakan sedikit selalu menambah pesonanya yang semakin tampan. Tatapan memuja sudah biasa ia dapatkan dari setiap orang yang ia lewati. Ia tidak peduli akan hal itu, dihatinya tidak pernah tergantikan. Tetap satu, Leora Azarin Gintara.

☁️☁️☁️☁️☁️

Zarin berjalan mondar mandir didalam kamarnya. Wanita yang masih memakai piyama motif pisang itu tidak berhenti bergerutu karena Zevan yang melarangnya untuk keluar rumah hari ini. Bunda-nya pun ikut bekerja sama dengan Zevan.

Menyebalkan sekali.

Zarin memikirkam suatu cara agar mendapat alasan yang bisa meyakinkan Zevan. Ia sangat bosan berada dirumah seharian tanpa melakukan apapun. Bunda-nya sudah pergi ketoko kue sejak tadi pagi. Jika saja Zevan tidak menyimpan bodyguard didepan rumahnya, bisa saja ia kabur dengan mudah. Namun, kedua bodyguard itu sama menyebalkan nya dengan Zevan. Mereka tidak menerima alasan apapun.

"Menyebalkan! Awas saja jika bertemu lagi nanti akan  ku tendang bijinya!" Omel Zarin menghentakkan kakinya,

"biji apa?"

Seketika Zarin melebarkan matanya, ia menoleh kearah pintu yang memang sengaja ia buka lebar tadi. Terlihat disana ada Zevan sedang bersandar dipintu sembari bersedekap dada.

"Hah?Bi-biji? a-aku gak ada bilang biji." Ucap Zarin tergagap, bagaimana bisa ia tidak menyadari kehadiran Zevan disana.

"Aku tidak tuli," Ujar Zevan tersenyum smirk.

"Ck, Gak ada Zev, aku gak bilang gitu!" Tukas Zarin memalingkan wajahnya dan membelakangi Zevan.

Zevan melangkahkan kakinya mendekat pada Zarin. Ia berdiri dibelakang tubuh Zarin yang hanya sebatas pundaknya saja.

Dengan sengaja Zevan memeluk Zarin dari belakang, tangannya melingkar diperut Zarin. Ia menenggelamkan wajahnya diceruk leher wanita itu. Zarin mematung, pelukan tiba-tiba dari Zevan berhasil membuat jantungnya berdetak cepat.

"Zev?"

"Hm?"

"K-kamu ngapain?"

Zarin merasakan sensasi yang berbeda saat Zevan mengendus lehernya dan sesekali mengecupnya dalam. Zarin meneguk salivanya saat Zevan mulai mengecup basah lehernya.

"Boleh aku kasih tanda?" Tanya Zevan dengan suara serak,

"Tanda apa?"

Bodoh! Zarin merutuki pertanyaan nya barusan. Tentu saja ia tahu tanda apa yang dimaksud Zevan. oh ayolah, dia bukan wanita polos, dia sudah 24 tahun.

LEORA ZARIN [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя