Semenjak lulus SMA mereka memang berpencar. Berkuliah di kampus terpisah dengan jurusan yang berbeda. Tidak menyangka mereka akan lulus ditahun yang sama dan sukses bersama. Itu karena tekad mereka yang begitu gigih ingin sukses diusia muda.

Gerry yang menjadi Dosen disalah satu universitas terkenal diibu kota. Mereka bahkan tidak menyangka ternyata Gerry sepintar itu. Bisa dikatakan saat di SMA Gerry mempunyai nilai diatas rata-rata bahkan pria datar itu tidak pernah menduduki ranking.

Delon yang menjadi dokter muda, siapa sangka si playboy cap biawak itu bisa menjadi dokter? Apakah semua suster di rumah sakit tempat nya bekerja ia pacari? Atau setiap pasien perempuan ia minta nomornya? Tapi semoga saja pria itu cepat tobat karena memang kabarnya ada seorang wanita yang membuat ia menjadi bucin sebucin-bucinnya.

Alden. Ah,pria netral itu. Siapa sangka ia sekarang menjadi jaksa? Pendidikan hukum yang ia jalani semasa kuliah membuat ia sekarang menjadi jaksa cerdas. Sifat ramahnya yang membuat banyak wanita mendekatinya. Pesona pria satu ini memang tidak bisa ditolak.

Memang benar kata pepatah. Kalo rezeki dan nasib orang itu berbeda-beda. Tidak peduli dahulu kita cerdas atau tidak, baik atau tidak, selama kita punya tekad baik, dan Tuhan mengizinkan. Maka semua pasti akan berjalan sesuai dengan apa yang kita impikan. Tentunya semua itu berjalan sesuai rencana Tuhan yang sudah tertulis untuk kita.

Mereka masing-masing mengambil cuti dihari yang sama agar bisa saling bertemu. Semenjak kuliah dan sibuk dengan urusan masing-masing, mereka memang selalu menyempatkan untuk berkumpul dan hingga saat ini silaturahmi itu tetap terjaga.

Zevan mendengus kesal. "Bukannya gue udah bilang weekend aja?"

"Gue gak bisa kalo weekend, ada sidang." Ujar Alden mendudukkan dirinya disofa ruangan Zevan.

"Gue masuk pagi weekend ini," Timpal Delon,

"Ck, ya udah bentar gue selesain ini dulu sampai jam makan siang." Ucap Zevan akhirnya. Harapannya makan siang bersama Zarin pupus sudah. Mau bagaimana lagi jika teman-temannya sudah datang. Ia tidak mungkin mengusir mereka semua.

"Kita ngumpul di cafe seberang." Ucap Gerry yang sedari tadi hanya diam.

"Enak kagak buat ngopi?" Tanya Delon,

"Lumayan," Jawabnya simple.

"Zev, lo gak ada niatan ganti asisten apa? Setiap gue kesini perasaan tuh asisten terong mulu." Ujar Delon membuat Zevan mendelik.

"Ganti kek sama yang ada cabe-cabe nya. Kan lumayan buat lo cuci mata." Tambahnya mendapat toyoran dari Alden.

"Emang ya lu! Masih aja jadi fucekboy! Udah berapa suster yang lo ghosting?" Cecar Alden,

"Eh sialan! Lo gak percaya sama gue? Gini-gini gue udah punya tambatan hati." Balas Delon dengan percaya diri.

"Gak yakin gue!"

"Serah lu, mony*t!"

"Lu pada bisa diem? Gue lagi kerja sialan!" Ucap Zevan melempar satu bolpoin yang ada dimejanya kearah mereka berdua.

"Mampus!" Celetuk Gerry yang sedari hanya diam.

☁☁☁☁☁

LEORA ZARIN [END]Where stories live. Discover now