Bab 18

83 34 13
                                    

┍━━━━━━━━━━┑
Kehidupan sama saja seperti
seni pertunjukan,
semua orang punya identitas
dan peran masing-masing,
sama sepertimu.

Walau konyol tapi identitas itu
Adalah kenyataan
yang tidak pernah berubah.
┕━━━━━━━━━━┙

****

Lahan lapang tempat festival malam didirikan punya masa lalu gelap yang sudah terkubur oleh usia, di mana dulu tempat itu pernah dipanggil sebagai Alun-alun Api atau tempat pembakaran masal para penyihir di tahun 1870.

Menurut cerita desas-desus yang paling terkenal, pernah para pendeta menyebar kabar berita bahwa nyaris banyak dokter di tempat itu adalah penganut ilmu khusus.

Mereka mempelajarinya demi kesembuhan penyakit sekaligus umur panjang.

Setiap beberapa tahun sekali selalu ada perkumpulan khusus yang mengharuskan mereka untuk mengorbankan seekor hewan untuk disembelih lalu ada ritual-ritual janggal yang membuat para pendeta harus menyebar luaskan berita tersebut demi keselamatan penduduk.

Memakan manusia? Entahlah, para pendeta hanya yakin kalau sejumlah dokter aneh itu pasti menyembunyikan hal terlarang seperti belajar ilmu hitam.

Karena terlalu berbeda dan menakutkan, mereka diadili satu-persatu, dipukuli hingga malam menjelang lalu dibakar hidup-hidup di alun-alun kota sampai pagi, disaksikan oleh semua orang sebagai bukti sebab akibat.

Perburuan itu terjadi hingga lima tahun lebih, sudah banyak sekali orang saling tuduh-menuduh hingga malapetaka terjadi.

Sejumlah anggota penyihir yang tersisa sempat melakukan ritual khusus demi mengutuk seluruh warga kota, jasad mereka juga ditemukan di satu tempat bersama genangan darah dalam gambar simbol tak masuk akal.

Hanya dalam hitungan satu hari sejumlah penduduk kota meninggal dunia akibat serangan jantung terlebih anak-anak muda, kutukan itu seperti seruling Pied Piper di mana daerah tersebut langsung menyisakan orang-orang tua saja dalam kurun waktu tiga tahun.

Pastur Cormac Dalton yang sempat menyebarkan rumor ikut kehilangan anak semata wayangnya yang bernama Jakub Dalton, termasuk anak Pastur Samuel Grimes bernama Keeva Grimes ikut meninggal.

Akhirnya upaya mulai dilakukan.

Mereka ciptakan festival pengusir kutukan selama tiga tahun sekali sebagai bentuk permintaan maaf, sekaligus mengusir hawa buruk untuk tiga tahun kedepan.

Seiring waktu korban jiwa mulai menurun hingga sekarang festival malam kini jadi perayaan, bukan lagi permintaan maaf.

Namun, konon menurut orang-orang tua yang masih percaya akan hal-hal supranatural berkata, para penyihir korban pembakaran masih ada di tanah tersebut bersama anak-anak muda yang mati akibat pembalasan dendam, ikut serta sebagai peserta atau penikmat festival malam.

Entah apa yang mereka cari tapi bisa saja garis keturunan penyihir-penyihir itu masih hidup sampai sekarang.

“Halo, Alice, kau di mana? Kenapa kau pergi tanpa memberitahu siapapun?”

Suara Ares terdengar jauh lebih parau dan lebih dalam dari pada biasanya, dia pasti khawatir saat ingin mengajak makan malam justru hanya ada kamar kosong tanpa ada siapapun.

“Maaf Ares, aku hanya sedang pergi sebentar.”

“Ke mana?”

“Itu, supermarket.”

Suara Ares mendecak marah terdengar dari seberang sana, sungguhkah dia marah? Baru kali ini Alice tahu kalau Ares bisa begitu khawatir.

“Harusnya kau mengajakku, aku bisa menemanimu, tidak baik pergi seorang diri tanpa siapapun. Ini bukan waktu yang tepat untukmu berkeliaran.”

[TERSEDIA VERSI CETAK] Mother Goose's Circus (feat TXT - Taehyun)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu