Grep

"Arghh.... mas Rafan," jerit Lisa melingkarkan tangannya di leher Rafan. Dengan gerakan cepat Rafan menggendong Lisa ala koala yang membuat Lisa menjerit kaget.

"Kebiasaan banget sih mas. kalau gendong nggak bilang-bilang," dengus Lisa. Untung Lisa nggak ada riwayat sakit jantung kalau ada mah ... bisa mati.

Tanpa menjawab ucapan lisa, Rafan membawanya ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya menggunakan kaki.

Brak

"Mas kenapa masuk?" tanya Lisa menatap wajah Rafan yang sudah tersenyum penuh arti.

"Mau ambil wudhu kan?" Lisa mengangguk "wudhu nya bareng mas, sekalian praktek." Mengedipkan sebelah matanya.

Lisa melotot. "Jangan ngadi-ngadi loh mas!" Ujar Lisa mengancam.

"Cuman praktek kecil-kecilan, Bee." Katanya setelah mendudukkan lisa di atas wastafel.

Dasar modus.
.

.

.

.

Prak... prak... prak...

"Bangun... bangun... bangun!" teriak Dila sembari memukul-mukul kan tongkat di pintu.

Mendengar suara pukulan maut ala Dila, semua santri serentak bangun tanpa terkecuali.

"Ayo bangun semuanya...!" kini suara bas dari Dinda ikut menyuarai suasana itu.

Semua pengurus berjalan menyusuri kamar, membangunkan santri untuk Tahajud sambil membawa tongkat di tangan nya masing-masing.

"Berisik banget sih," gerutu Kila mengucek-ngucek matanya.

"KILA BANGUN!" bentak Dinda yang berada di depan kamar nya.

"Iya kak." balas Kila berdiri dari duduknya meraih handuk yang bergantung.

Dinda yang masih berdiri depan kamar Kila, melihat ke dalam tak ada sosok Lisa di sana.

"Kila. Mana teman kamu satunya?" tanya Dinda memegang tangan Kila.

Kila menoleh ke belakang dan tak mendapati Lisa di sana "mungkin udah keluar, kak." jawab Kila kemudian berlalu dari hadapan nya.

Dinda terdiam "Masak sih? Kok udah keluar." pikirnya sejenak.

"Kenapa Lo?" tanya Nina berjalan ke arahnya.

"Tadi Lo liat Lisa nggak?" tanya nya.

Nina menggeleng "Nggak tuh" balas Nina, "emang kenapa?" kini Nina balik bertanya.

"Tadi gue bangunin di kamar ini. Terus gue nggak liat tu, Lisa. Tapi pas gue tanya sama anggota kamarnya, katanya udah keluar." terang Dinda menatap ke arah Nina yang juga menatapnya.

"Lo merasa aneh nggak? Sama anak kamar ini?" ujar nya.

"Gue pun juga mikir kayak gitu. Terus, ya. Tu anak jarak banget gue liat ada di kamarnya. Apalagi kalau malam-malam," ungkap Nina.

"Dan aneh nya lagi. Dia itu sering ke ndalem alasan nya di panggil suruh jagain Ning Adiba."

Mereka terdiam sejenak mencerna semua pikiran yang di kepala mereka. Selama ini mereka selalu tidak melihat Lisa berada di asrama. Siang maupun malam.

Dinda berkata. "Kita beritahu yang lainnya."

Kemudian mereka beranjak dari sana ingin memberitahu kepada pengurus lainya.

Di dalam kamar, Kila mendekati para sahabatnya "Eh. Lisa belum pulang, ya?" tanya Kila kepada mereka.

"Belum tuh." sahut uswah.

PESONA GUS  ( SUDAH TERBIT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ