BAB 33 : SEBATAS IBA

211 18 5
                                    

Haiiiii, balik lagiiiiii!!

Udah bosen atau masih setia nunggu up nihh?

Jangan lupa komen sama votenya cintahhh!🔥

******

"Gue..., Cuman kasian sama Lo,"

~Arga William Mahendra

******

"Bunda...,"

"Semuanya..., Hancur,"

Nadya mendongakkan kepalanya ke langit. Dirinya berada di loteng rumah. Ia berada di ujung loteng, satu langkah saja, ia akan jatuh.

"Nadya juga pengen..., Mati," ujarnya.

Gadis itu mulai mengangkat kakinya, ia melangkahkan kakinya hendak menjatuhkan diri dari loteng lantai tiga itu.

"BEGO!," Arga segera berlari menghampiri Nadya. Ia memegang tangan gadis itu agar tetap bisa bertahan dalam posisinya yang menggantung.

Antara hidup dan mati, ya?

"GOBLOK!," ujar Arga berteriak. Hembusan angin membuat suaranya tidak terlalu kencang terdengar.

"Lepasin," Entahlah. Nadya sangat kacau. Posisinya benar-benar tergantung, jika Arga melepaskannya, ia akan jatuh dan... Mati?

Arga perlahan menarik Nadya kembali, hingga akhirnya sempurna gadis itu kembali di loteng.

"Katanya, mending aku mati. Kenapa malah kamu tolong?," Ujar Nadya menatap nanar Lantai loteng itu.

"Jangan pas gue disini bangsat!," jawaban dari Arga membuat Nadya semakin sakit hati. Dia tidak berharap lebih, tapi apakah benar Arga ingin dirinya mati?

"Arga..., Boleh peluk?," Ucapan Nadya membuat Arga membulatkan matanya sempurna. Gadis gila!

"Gue gak Sudi dan gak akan pernah Sudi," setelah mengucapkan kalimat itu, Arga melenggang pergi dari sana, membiarkan Nadya yang masih kacau itu sendirian.

"Aku pengen dipeluk..., Kayak bunda meluk aku," batin Nadya.

***

"Tante bawain ini Nad, kamu makan ya," Tiara, wanita itu baru kembali ke rumah Nadya pukul dua siang.

Itukah sebentar?

Tapi, yasudah lah.

"Maaf ya, Tante baru Dateng. Tadi ada klien yang perlu ditemuin," Nadya hanya mangut-mangut mengiyakan.

"Oiya Nad, hari ini, Tante nginep disini nemenin kamu. Boleh, kan?," Tanya wanita itu penuh harap. Ia ingin sekali menemani putri sahabatnya itu.

Nadya tersenyum kecut. "Iya. Lagian, pasti sepi banget. Aku kan, sendirian," ucapan Nadya membuat hati Tiara mencoles. Ia tau betul bagaimana perasaan gadis itu. Ditinggal oleh bundanya secara tiba-tiba, pasti sangat menyakitkan.

Tiara memeluk Nadya. Dalam dekapannya, ia bisa merasakan bahunya menghangat. Nadya pasti menangis. "Nadya gaboleh sedih. Kan ada Tante, anggap aja kayak bunda Ara, ya!."

ARGA [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat