BAB 6 : MAAF

375 25 7
                                    

Hi guys!
Karena kemarin gak jadi up Doble, hari ini aku mau up Doble✨

Dukung author terus yaww🙃

Happy Reading!⚡

******

"Pulang," seseorang menyentuh bahu Nadya yang sedari tadi duduk di tepi danau dengan suara lembutnya. Ditepi danau yang sangat sepi dimana netranya hanya memandang punggung gadis itu yang tertutup oleh kilauan rambut panjang yang sangat indah.

Mendengar suara orang lain, netra coklat pekat Nadya yang sedari tadi memandang danau yang sepi mengalihkan pandangan kepada orang yang mengajaknya bicara, setelahnya gadis itu segera memalingkan mukanya sembarang arah, gadis itu berusaha cuek karena takut, namun ia juga butuh pelukan. Isakan tangis yang lirih kian semakin terdengar, terdengar sangat menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya, matanya kian sembab karena terlalu banyak air mata yang meluncur bebas. Masalalu yang selalu menghantuinya, dan trauma yang tidak ada hentinya, membuat mentalnya semakin hancur. Nadya benci dirinya yang cengeng hanya karena takut, dia benci itu.

"Gue anter," ucap orang yang menjadi lawan bicara Nadya. Nadya masih diam tidak menjawab. Tidak mendapatkan balasan, orang itu segera melangkahkan kaki jenjangnya, menegakkan dirinya di samping Nadya selanjutnya duduk di tempat ia berdiri.

"Maaf," orang yang tidak lain Arga itu memalingkan wajah Nadya menggunakan tangannya agar menatapnya. Netra biru gelap orang itu menatap wajah Nadya dengan membawa tatapan yang menenangkan siapapun yang melihatnya.

"Liat mata gue, Lo bukan orang buta," Ucap orang itu karena Nadya memalingkan pandangan matanya. Mati-matian ia menurunkan gengsinya untuk perempuan yang menurutnya tidak jelas seperti Nadya.

"Kamu gak pernah salah, aku yang salah, jadi mending kamu pergi, aku gasuka liat kamu Disini," Nadya mengusir orang yang tidak pernah melakukan apapun padanya, apalagi menyakitinya, cowok itu bahkan meminta maaf tanpa adanya salah dalam dirinya. Nadya hanya takut dengan sikap kaku Arga, cowok itu, pemaksa. Nadya benci itu.

Karena merasa usahanya sia-sia, Arga memiliki ide jahil yang entah darimana datangnya, ide yang sangat tidak cocok untuk wajah datarnya. Arga mengambil ponselnya, mengirimkan pesan untuk seseorang.

Tiga menit.

"Jangan salahin gue kalau orang itu nangkep Lo," ucapnya datar, wajahnya tidak pernah ingin tersenyum.

"Apa?," Tanya Nadya seketika.

"Belakang pohon", ujar itu sambil menunjuk ke arah pohon yang ada dibelakang Nadya.

"Aku, takut...," Gumam Nadya yang terdengar jelas ditelinga Arga.

"Ayo lari Ga...," Timpal Nadya sambil bangun dari duduknya.

"Hitungan ke tiga," lirih Arga itu ditelinga gadis itu membuat gadis itu merinding dan mengambil ancang-ancang untuk lari.

"1"

"2"

"3"

" LARI!", Ujar Arga membuat Nadya spontan ikut lari karena ketakutan. Ditengah perjalan Nadya tersandung batu yang membuat kakinya keseleo, ia jatuh begitu saja.

ARGA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang