BAB 21 : TETAP PADA LUKA

213 18 2
                                    

Komenn dongg, pengen ngerasain di komen sama kaliannn, dan yang belum follow, follow dulu dehh, biar enak gitu😔

oO🔥Oo

"Semua sama, gak ada manusia yang gak terluka"

~Tiara William

******

Masih di hari yang sama, di malam yang sama. Ara memandangi foto keluarga kecilnya, disana ada Dirinya, Nadya, dan Andra ayah Nadya.

"Mas..., Aku kangen sama kamu, gimanapun kamu masih suami aku," ucapnya terdengar lirih. "Anak kita udah gede mas, anak yang kamu buat trauma itu udah gede," timpalnya.

"Aku takut..., Kalau Arga balik, bawa dendam dari masalalu, aku takut mas, dan kamu gak mungkin bisa ngelindungin aku," ucapnya penuh rasa emosi dan kesedihan yang bercampur aduk. Dadanya kian sesak melihat kebelakang kembali.

"Kenapa kamu tega hancurin aku kayak gini, bukan cuman aku, tapi juga Nadya, anak kita satu-satunya," air mata dari pelupuk matanya mengalir membasahi pipi mulusnya, sakit, sesak. Ara ingin menyalahkan keadaan, namun tidak bisa.

***

"Jevan, mamah kangen sama kamu sayang, kamu yang tenang disana ya," ucap Tiara yang tengah berjongkok didepan makam putranya, Jevan. Air matanya sudah mengalir bebas dari pelupuk matanya sejak tadi, tidak bisa, ia tidak mampu menahannya.

"Papah, juga kangen sama Jevan, semoga dia tenang disana," ujar Hendra.

"Mas, kenapa tadi kita gak ngajak Arga aja?," Tanya Tiara kepada suaminya, dirinya tidak terpikir sedikitpun untuk mengajak Arga.

"Jangan...," Jawaban Hendra membuat Tiara mengeryitkan dahinya bingung.

"Kenapa mas? Dia pasti pengen ke makam kakaknya," wanita itu ingin sekali mengajak putra bungsunya ke makam Jevan.

"Arga, aku takut kalau dia keinget dendamnya," Ya, ketakutan Hendra sudah nyata, tapi tidak ada yang tau. Arga juga sering ke makam Jevan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Arga cerdas, dan tentu bisa licik.

"Entah kenapa, aku ngerasa semua tetap gak baik-baik aja," ujar Tiara dengan firasat buruknya.

"Tenang aja, semua bakal baik-baik aja," Hendra menenangkan wanita yang ada disampingnya itu sambil menepuk-nepuk pundaknya. "Ayo pulang," timpalnya, kemudian dibalas anggukan oleh Tiara.

"Jevan, mamah kangen, sesekali Dateng ke mimpi mamah sayang, mamah kangen banget sama kamu," batin Tiara. Lagi-lagi ia mengedipkan matanya, menumpahkan seluruh air matanya, seluruh rasa sesak dan rasa sakitnya. "Mamah juga punya luka atas kepergian kamu nak...," Timpalnya dalam hati.

"Ayo, udah malem, jangan bengong," ujar Hendra. Sementara Tiara segera berdiri, mereka berdua melangkah ke arah kendaraan mereka.

***

Nadya berjalan menuju dapur, ia kelelahan, entah kenapa akhir-akhir ini dia mudah kelelahan walau hanya sedikit beraktivitas, ia juga tidak tau kenapa.

"Kenapa kepalaku pusing banget," Nadya memegang kepalanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya meraih air putih yang ada didepannya.

"Bunda, Nadya pusing!," Nadya sedikit berteriak, rasa pusingnya kemana-mana, membuat tubuhnya semakin bergetar. Sementara Ara, wanita itu segera turun ke bawah, menghampiri putrinya.

"Nadya, kamu kenapa nak?!," Tanyanya panik. "Ayo kekamar," Ara meraih lengan Nadya dan mengalungkannya di pundaknya, mereka berdua berjalan menuju kamar Nadya kembali.

"Apa mungkin..., gak mungkin!," Ara menolak semua isi kepalanya yang mungkin bisa mengerikan.

Mereka berdua sampai di kamar Nadya. Ara segera menidurkan Nadya di kasur gadis itu.

"Ke rumah sakit ya Nad?," ucap Ara kepada putrinya.

"Gausah Bun, aku gakpapa kok, mungkin cuman kecapean," balas Nadya. Gadis itu sebenarnya merasakan pusing hebat dikepalanya, namun ia malas sekali jika harus kerumah sakit.

"Yaudah, kamu minum parasetamol dulu aja, kalau pengen periksa ke rumah sakit, kamu bilang bunda ya," ujar Ara.

"Iya bunda...," Jawab Nadya sambil meraih Paracetamol dari tangan Ara dan segera melahapnya ditemani segelas air putih.

"Aku kenapa ya? Akhir-akhir ini gampang cape sama pusing," batin Nadya merasa heran.

"Yaudah, bunda balik ke kamar ya, udah ngantuk," ucap Ara diiringi langkahnya keluar dari kamar Nadya.

Nadya memandangi sekitaran setelah bundanya keluar, ia sangat bosan, tapi mau berjalan pun kepalanya sangat pusing.

"Aku kan punya Arga, kenapa ga aku chat aja," ujarnya kemudian mengambil ponsel di atas nakas dekat ranjangnya.

ArgaWilliam🧐

Arga, aku sakit
21.32

Nadya sangat senang melihat room chat ya dengan Arga, karena cowok itu segera membaca dan sedang mengetik balasan untuknya.

Gue sibuk.
21.32

Nadya hanya bisa memandangi balasan dari Arga, seketika dadanya sesak, serasa dihimpit gunung yang siap meletus. Nadya sendiri tidak tau, sebelum pacaran, dia bisa mandiri, tapi setelah pacaran, dia malah ingin sekali manja, tapi kenapa Arga dingin?

Maaf ganggu
21.34

Y
21.34

"Apa aku nyari penyakit dengan pacaran?," Monolognya merasa bodoh, kemudian ia segera menarik selimut untuk tidur, ia lelah.

"Selamat malam dunia," ujarnya kemudian perlahan menutup matanya sampai benar-benar tertutup sempurna.

******

Jangan lupa hargai tulisanku dengan vote, kalau ada yang vote aku lanjuttt ya🌹

Sampai ketemu di part selanjutnya 👋

ARGA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang