Lagi tergila-gila sama lagu big boy : sza😩🤘
Jangan lupa vote 🌟 dan komennya 🙌
Part ini panjang loh jadi harap yang sabar kalo baca. Karena kemarin aku ga up jadi aku gabung satu chapter.
Ohya satu lagi!
⚠️ Jadi aku ga buat cast-cast tokoh ya, cuma penggambaran aja. Misal si dia pake baju apa aku kasih foto bajunya. Kalau orangnya aku mau kalian bayangin aja, berimajinasi gitu✨ kan udah ada penggambarannya diawal-awal part.⚠️Terimakasih, nanti kalau belum paham kalian bisa komen yang bakal aku bales.
"Jems! Segera kemari," Ucap Altezza dari telpon.
Jems terkekeh. "Baiklah, dengan senang hati Tuan," Balas Jems dan sambungan langsung terputus.
Altezza menggenggam pisaunya dengan erat, otot-otot tubuhnya terlihat menonjol menatap laki-laki dan perempuan yang sudah tersungkur dibawah dengan keadaan mengenaskan.
Keadaan Altezza yang seperti ini begitu jelas menggambarkan bahwa laki-laki itu sedang dipuncak emosinya.
Pakaiannya pun sudah dipenuhi dengan bercak darah dari dua manusia itu. Nafasnya memburu mencoba mengatur emosinya.
"Jawab! Siapa yang menyuruh kalian?!" Gertak Altezza dengan suara menekan dan meninggi.
Dua manusia itu tetap diam. Tangannya yang memegang pisau itu mengoyak lengan kedua orang tersebut.
"Siapa yang menyuruh kalian sebagai mata-mata gadis ku heh?!" Tanya Altezza yang masih dengan menahan emosinya.
Lagi-lagi tak mendapatkan jawaban dari dua orang yang sudah lemas itu. Gigi Altezza bergeletuk. Dirinya tak memiliki banyak kesabaran.
Meraih tangan wanita yang terduduk itu dan memutarnya dengan perlahan tanpa perasaan kasihan sekali pun.
"Akhh!" Erang wanita itu merasakan tangannya yang terpelintir begitu sakit.
YOU ARE READING
ALTEZZA
Non-Fiction"Jangan pernah mencoba lari dariku Sayang, sebab dimana pun kau berlari akan selalu kukejar."Senyum laki-laki itu menatap gadis didepannya. "Kau mengerti," Bukan sebuah pertanyaan melainkan pernyataan yang menekan. "Jahat," Ucap gadis itu singkat. ⚠...