Tiga pecalon laki-laki sudah melakukan interview. Kini seorang perempuan dengan tubuh molek menyapa Farell. Dengan senang hati pun Farell menyambutnya.

"Apakah kau pecalon disini?" Tanya Farell menelisik penampilan wanita didepannya.

"Benar Pak," Jawabnya dengan sopan. Tapi nada suaranya seakan dibuat-buat.

"Ah baiklah, tapi saya rasa belum masuk saja kau sudah diusir," Sindir Farell membuat wanita didepannya menatap Farell bingung. Tidak maksud dengan ucapan Farell.

"Maksud Bapak apa?" Tanyanya menaikkan kedua alisnya.

Farell tersenyum smirk, mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu. "Karena kau seperti ingin melamar menjadi jalangnya, bukan seketarisnya," Bisiknya membuat wanita itu menahan malu.

"Tidak terima? Coba saja kau masuk," Kekehnya kembali duduk di kursinya.

Wanita itu mendengus lalu masuk ke dalam ruangan Altezza.

Altezza yang sudah mengetahui orang selanjutnya adalah perempuan membuat Altezza merasa sensitive dan langsung menatap tajam wanita yang berjalan ke arah kursi didepannya. Namun, melihat pakaian yang dipakainya membuat Altezza langsung mengalihkan tatapannya.

"Keluar," Ucap singkat Altezza tanpa menatap orangnya.

Wanita tadi berhenti dan langsung tersenyum senang karena misinya berhasil membuat ia tanpa di interviu bisa masuk dengan mudah dugaannya. "Apakah saya sudah diterima Pak?!" Tanyanya antusias.

"Tapi saya blacklist," Singkat Altezza membuat wanita itu bertanya-tanya.

Betrand yang tau situasi langsung berdiri menyuruh wanita itu keluar. "Kau tidak diterima dan kau juga di blacklist dari perusahaan ini. Jadi kau tidak bisa bekerja disini," Ujar Betrand menjelaskan dan mendorong pelan tubuh wanita molek berpakain seksi yang tidak sopan itu.

Farell yang melihat gerutuan gadis itu membuatnya tertawa mengejek. "Kau tak percaya denganku heh," Ucap Farell dengan tatapan mengejek.

Mendengus kesal dan langsung melenggang pergi untuk meninggalkan perusahaan ini.

Beberapa jam telah berlalu, dan Altezza kini sedang memijat pangkal hidungnya dengan raut lelah. Sampai dimana ia dan Betrand setuju memilih salah satu dari mereka. Dan Altezza pilih adalah laki-laki yang sepertinya memiliki title dan logika yang tinggi. Masih berutung dirinya.

Tak lama juga ia langsung menyuruh seketarisnya itu untuk mempersiapkan meeting dirinya nanti. Dilihat dari cara kerjanya, Altezza bernafas lega karena begitu profesional dalam kerjanya.

"Bagus Jeko, tingkatkan cara kerjamu lagi,"

"Baik Tuan," Jawab Jeko, yang kini resmi menjadi seketaris Altezza. Lebih tepatnya Revandra.

•oOo•

"Gawat!!" Panik Amer, tangan kanan Farell yang melihat rumah sakit tempat Justin dirawat sedang mengalami keadaan tidak beres.

Bagaimana tidak, tiba-tiba saja anak buahnya yang berjaga di jalan dekat rumah sakit mengabarinya jika sudah terjadi keramaian yang begitu mencurigakan menuju kemari.

Dengan segera pun dia memperketat keamanan diruangan Justin. Dia juga langsung menelpon seluruh pasukannya untuk menghalau di luar rumah sakit.

"Amer! Apa kita perlu menghubungi Tuan Altezza?" Tanya temannya yang berlari setelah membuat pengumuman jika para orang yang berada area rumah sakit harus berlindung.

"Jangan! Kita beritahu saja dulu Tuan Farell, setelahnya biarkan Tuan yang bertindak ingin menghubungi Tuan besar Altezza atau tidak." Ujar Farell dan diangguki oleh temannya itu. Amer langsung mengeluarkan senjata api dari punggungnya untuk berjaga-jaga.

ALTEZZAWhere stories live. Discover now