Bab 16

205 25 0
                                    

Kalila menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi dan menyentuh kantung mata gelap yang terlihat jelas ketika ia tidak mengenakan make-up.

Walaupun ia sudah bisa tidur di malam hari—dengan bantuan obat penenangnya, tetap saja jadwal tidurnya menjadi irreguler. Ia bahkan bisa tertidur selama 12 jam penuh seperti orang mati suri.

Ah ya, akhirnya Kalila kembali memberanikan diri untuk memaksakan dirinya tidur walaupun dengan bantuan obat. Sebelum ini—sebelum Reagan datang ke rumahnya pada malam itu, Kalila tidak berani menyentuh obatnya walaupun ia tahu butiran pil itu akan membantu sebab hanya dengan membayangkan ia tertidur lelap di malam hari sudah membuat jantungnya berpacu lebih kencang dan tubuhnya berkeringat dingin.

Reagan entah bagaimana seperti memiliki sihir yang mampu menenangkannya. Kalila tidak tahu apakah itu karena pembawaannya yang tegas namun lembut sehingga ia selalu merasa aman, atau perhatian dan kebaikannya yang membuat Kalila mempercayainya.

Apapun itu, yang jelas Kalila tidak merasa keberatan dengan kehadiran pria itu di sekitarnya.

Kalila meraih pouch make-up dan melakukan usaha untuk menutupi wajah zombie-nya dengan concealer. Setelah dirasa cukup, dengan masih memakai setelan baju tidurnya yaitu sweatpants hijau tua dan tanktop putih, ia mengenakan sepatu kets dan headphone lalu keluar dari kamarnya menyusuri jalan setapak yang mengitari Villa.

Matahari sudah naik cukup tinggi walaupun belum terasa terik. Tapi sejak tadi Kalila belum berpapasan dengan satu orang pun sepanjang jalur jogging nya.

Tebakan pertama Kalila, jalur ini memang sepi pengunjung karena terletak di bagian terluar dan melewati area pepohonan di sekeliling villa.

Tebakan kedua, sebagian besar pengunjung villa masih teler akibat pesta semalam.

Dan Kalila punya firasat kuat yang mengarah pada tebakan kedua.

Setelah hampir 2 jam berlari-lari kecil hanya dikelilingi pepohonan, Kalila akhirnya kembali melihat bangunan villa dan merasa lega karena ternyata ia tidak tersesat. Satu jam pertama memang tidak terasa. Namun memasuki satu jam kedua... anggap saja Kallila beruntung kakinya tidak keram di tengah jalan. Sejujurnya ia hampir menyerah dan menghubungi Reagan karena tak kunjung melihat villa mereka.

Ngomong-ngomong tentang Reagan, Kalila menemukan pria itu tengah berlarian dan melompat memukul bola voli di tengah pantai bersama Alice, Andrew dan beberapa teman-temannya yang lain. Tanpa mengenakan atasan.

Reagan. Shirtless.

Jangan salahkan mata Kalila yang kebingungan harus menatap bagian mana karena pria itu jelas definisi dari sempurna versi sebagian besar populasi manusia. Termasuk Kalila tentunya.

Dari tempatnya berdiri, Kalila bisa memperhatikan Reagan dengan jelas. Alis tebal yang menyatu ketika menantikan bola, mata yang sedikit menyipit saat tertawa lebar, suara tawa yang renyah, otot tubuh yang—

"Kalila!" panggil Reagan membuyarkan lamunan Kalila dan membuatnya tersadar jika pria itu tengah berjalan ke arahnya.

Bagus sekali, apakah Reagan melihat ekspresinya barusan ketika mengamati pria itu?

"Saya kira kamu masih tidur karena tadi ke saya kamar kamu tapi nggak ada jawaban," ujar Reagan sembari berusaha mengatur napasnya setelah bermain voli. Keringat menetes keluar melewati pelipis mata, rahang, leher—

"Sorry, saya tadi pergi jogging sebentar."

Reagan melirik barisan pepohonan yang menutupi jogging track Kalila tadi, "Sebentar? saya main voli hampir 2 jam, Kalila," sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Nadanya menyiratkan kejenakaan namun Kalila bisa menangkap binar penasaran di mata laki-laki itu.

The Lost StarWhere stories live. Discover now