BAB 4

318 30 3
                                    

6 bulan kemudian.

_________________

Kalila memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia baru keluar dari ruang meeting setelah berdiskusi panjang dengan klien tentang projek baru skala besar yang timnya kerjakan.

Dan hasilnya memang sudah bisa ditebak. Revisi dan revisi.

Padahal proyek sebelumnya baru saja selesai. Di saat-saat seperti ini lah Kalila mempertimbangkan untuk menjadi pekerja lepas alih-alih budak korporat. Terkadang Kalila heran dengan dirinya yang dulu karena bisa bertahan di korporat selama bertahun-tahun.

Drrt drrt

"Halo, Le?"

"Kaaaaal! Guess who got invited to the most eligible bachelor in her company's birthday party!?" seru Lea bersemangat dari seberang sana.

"You?"

"Binggo!"

Kalila terkekeh, "Alright, alright. Terus? Kenapa lo nelpon gue?"

"Yaa lo temenin guee! Biar gue nggak mati kutu kayak orang dongo kalo kalo doi natap gue," ujar Lea melebih-lebihkan membuat Kalila tertawa.

"Sure, kapan?"

"Tonight 7 pm at Sheer. Temanya pool party tapi kita cukup minum aja, no swimming."

Kalila melirik smartwatch miliknya yang menunjukkan pukul 4 sore. Sejujurnya meeting hari ini cukup menguras tenaga karena berlangsung alot selama hampir 3 jam. Tapi jika itu Lea, ia akan melakukan apapun.

"Oke, jemput gue ya."

"Aye aye captain!"

_______________

Sheer merupakan cafe rooftop di hotel mewah dengan kolam renang outdoor yang memang terkenal sering digunakan untuk acara-acara pesta bertema pool party. Namun karena harganya yang selangit, Kalila tahu hanya orang-orang borjuis yang mengadakan pesta di sini.

Sejauh yang Kalila tahu dari Lea, Leo sang pemilik pesta merupakan Offering Manager di perusahaan teknologi multinasional, tempat sahaabatnya itu bekerja. Kalila memang tidak terlalu paham dengan dunia IT, namun ia tetap takjub melihat seorang manager bisa dengan gampangnya membuang uang ratusan juta—mungkin bahkan milyaran hanya untuk sebuah pesta ulang tahun.

"Apa memang semua manager di kantor lo mandi dolar?" tanya Kalila pada Lea. Mereka berdua tengah berdiri di depan salah satu standing table yang tersedia. Lea memegang segelas wine sedangkan Kalila memilih fruit punch.

Sejak malam itu, ia tidak lagi berani menyentuh minuman beralkohol. Berbeda dengan Kalila, batas toleransi alkohol Lea jauh lebih tinggi. Segelas wine tidak memiliki efek apapun padanya.

"My company pays a lot they basically run charity for their employees," terang Lea, mengedipkan satu matanya pada Kalila.

"Plus, his family's loaded," imbuh Lea dengan seringai jahil.

Kalila tersenyum geli, "Well, big fish to catch," katanya dan mereka berdua pun tertawa.

Ia mengedarkan pandangan dan menemukan Leo, dengan setelan celana pendek khaki dan kaos polo biru tua, sedang duduk sendirian di kursi panjang pinggir kolam

"There he is. Teman-temannya baru aja pergi. Sana, jangan sia-siain kesempatan lo!" ujar Kalila mendorong Lea ke arah Leo.

Lea gelagapan lalu mengirimkan pelototan pada Kalila, namun senyum malu-malu di bibirnya serta kakinya yang tetap melangkah mengatakan hal sebaliknya.

The Lost StarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora