Zarin meneliti foto itu lama. Terlihat dia yang tidak sadarkan diri. Gaun yang ia kenakan tersingkap sampai paha nya terekspos. Lalu disampingnya ada seorang lelaki dengan memakai kemeja hitam dan celana hitam memeluknya dengan setengah menindih tubuhnya. Wajah lelaki itu tidak terlihat karena dua menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Zarin.

Perhatian Zarin beralih pada saku belakang lelaki itu. Terdapat sebuah benda yang tergantung keluar. Zarin mengerutkan dahinya. Mengingat-ingat dimana ia pernah melihat benda itu.

"Kayak pernah lihat, tapi dimana?" Monolognya, memejamkan matanya menerawang jauh.

Zarin melebarkan matanya saat ingat dimana ia melihat gantungan kunci tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zarin melebarkan matanya saat ingat dimana ia melihat gantungan kunci tersebut. Sama sekali persisnya dengan yang difoto. Warna dan ukirannya Zarin sangat ingat.

"Jadi dia?"

☁️☁️☁️☁️☁️

Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Seluruh murid bernafas lega karena akhirnya mereka bisa sejenak melepas penat setelah bergelut dengan mata pelajaran dijam pertama.

Sebagian murid sudah memenuhi kantin, ada juga yang memilih nongkrong ditaman, bermain basket atau sekedar ngeghibah dikoridor.

Berbeda dengan yang lain, Zarin dan Elea saat ini sedang duduk ditaman belakang sekolah, mereka memilih disana karena cenderung lebih sepi. Mereka sedang membicarakan sesuatu dan agar tidak ada yang mengetahuinya, maka mereka memilih disana. Tak banyak murid yang ada disana. Bahkan sekarang terlihat hanya ada mereka berdua saja.

"Lo beneran yakin dia pelakunya?"

Zarin sudah menceritakan semua kecurigaannya pada Elea. Dimulai dari orang yang menjebaknya di UKS dan orang yang selalu mengiriminya hadiah. Ia curiga orang itu adalah orang yang sama. Namun, ia juga tidak yakin karena tidak ada bukti yang mengarah kesana.

"Kita perlu selidikin lagi sih, Rin." Ujar Elea setelah Zarin selesai menjelaskan.

"Iya, gue takutnya kita salah tuduh orang." Zarin menyeruput minuman bobanya yang sempat ia beli tadi dikantin.

"Kok gue gak yakin ya dia pelakunya?" Elea tampak berpikir keras, "Selama ini dia baik kok keliatannya." Lanjutnya menatap Zarin dalam.

"Ibarat sebuah buku nih ya, covernya bisa bagus banget menarik perhatian banyak orang, tapi begitu kita liat isinya gak ada satupun yang bagus. Ada juga yang covernya jelek banget, tapi begitu liat isinya ternyata bagus."

"Jadi maksud lo, dia kaya buku yang covernya bagus isinya jelek gitu?" Tanya Elea.

"Maybe," Zarin mengedikkan bahunya.

LEORA ZARIN [END]Where stories live. Discover now