urusan cita-cita

229 54 22
                                    

Pagi ini sekolah sudah gaduh dengan ledekan Yoga ke Wafi, bahkan Ardi sendiri udah ngakak sampai matanya berkaca-kaca

Wafi yang anak IPA 1 itu digiring ke kelas anak IPS, siapa lagi pelakunya kalau bukan Yoga. Katanya dia mau interogasi lebih detail soal yang katanya liat setan itu. Ya walaupun kemarin udah dijenguk, tapi wafi belum bisa cerita banyak karena emang beneran sawan anaknya

Sekarang Wafi udah masuk sekolah, kesempatan banget buat temen-temennya pada mau wawancara.

"Asli Ga, itu lingkungan rumahnya Wildan ada sesuatu, orang gelantungan panjang banget warnanya putih. Lha untung aja gue gak nyusruk nabrak pager orang" Kata Wafi

Amel yang kepo juga diam-diam ikut mendengarkan, Rizal sama Wildan sih tim nyimak aja.

"Coba jelasin rumah yang mana?" Sahut Ardi, lalu Wafi kembali mengingat "kalau gak salah beda lima rumah sama rumahnya Wildan deh, yang pagernya item depannya pohon mangga" Jawabnya

Tiba-tiba semuanya melirik ke arah Amel, karena emang itu ciri-ciri rumahnya Amel.

"Lha maksud mu tuh putih-putih ke gantung dibawah pohon mangga? Ya Allah Fi, itutuh mukena punya mama ku lupa belum diangkat dari jemuran. Yeee pe'a" Greget Amel

Disitulah tawa semua siswa pecah, udah seriusan dengerin cerita Wafi, taunya malah salah paham. Bukannya mbak kunti yang lagi nongki taunya malah jemuran lupa diangkat. Ini mbak kunti kalau tau pasti langsung ngebatin, padahal dia diem aja tapi ketuduh terus

Saking takutnya Wafi sampai demam tinggi, sawan beneran anaknya. Sampai kemarin Yoga sama Ardi pura-pura mau nge ruqiyah segala

"Ya mana gue tau kalau itu mukena. Orang jalanan sepi banget pas itu, ya liat gituan langsung mikir yang aneh-aneh lah" Wafi keki sendiri

Setelah saling ledek, semuanya mendadak hening, bell masuk juga belum bunyi. Wafi yang biasanya sensi banget, sekarang nempel mulu sama mereka. Udah kayak upil kalau kata Ardi

Mumpung hampir semua anak Futsal kumpul, Wildan selaku leader tak jarang mengajak mereka untuk berdiskusi tentang pertandingan selanjutnya. Karena selain mereka menjadi tim inti sekolah, lainnya juga ada yang ada kegiatan lain sebagai tim luar sekolah, ya walaupun futsal sekolah lebih diutamakan

Rencana untuk memberi kabar gembira ke Yoga urung dilakukan. Kini anak itu masih tertunduk lesu karena merasa dirinya yang gagal ikut tes seleksi

"Mumet banget asli, mikir masalah akhir sekolah. Mikir nilai, mikir Univ, mikir Futsal. Punya kepala pusing, gak punya kepala serem"

Hampir tak pernah seorang Wildan sambat seperti ini. Dengan percaya diri Yoga mendekat untuk menepuk bahu Wildan "nikmatin wae Wil, selagi masih sehat, muda, apapun di hadapin" 

"Preet..." Cibir Ardi, membuat Yoga memicing tak terima "apapun bakal tak trabas, kecuali hujan deres, mending neduh hehe"

Disitu Ardi, Wildan, dan Wafi menyunggingkan senyum, belum tau aja Yoga bakal ikut dipanggil ulang untuk seleksi saat kakinya sembuh dari sakit.

"Coba Ga, kalau cita-cita jadi pemain timnas gagal, mau ganti jadi apaan emang?" Saut Wildan. Jujur Yoga takut untuk memikirkan cita-citanya gugur begitu saja, tapi mentalnya lebih kuat daripada itu, dengan candaan dirinya tetap menjadi diri sendiri

"Daftar jadi member tresur sabi lah" Dengan percaya diri Yoga mengusap rambut nya sok jumawa, sambil tersenyum tengil "udah ganteng, keren, suara merdu" Lanjutnya, yang langsung mendapat tepukan gulungan buku di kepala belakang nya oleh Amel "PeDe"

"Gayamu Ga..Yoga, masa ada jadi member kpop mabokan pas naik mobil" Saut Ardi, susah payah Yoga bangun Image cool, ada aja temen yang suka ngespill

"Lainnya pulang pergi dari agensi naik mobil mewah, Yoga pulang pergi naik motor matic sendiri"

MA'RUF | Yang JungwonWo Geschichten leben. Entdecke jetzt