Masih berlanjut

167 26 0
                                    

Rafa kembali menjalani kemoterapi yg ditemani oleh reina dan raysa sebagai penanggung jawab. Rafa hanya menatap langit biru yg tak berawan. Ia merasakan sesuatu masuk kedalam tubuhnya yg tak kuat lagi. Namun apapun yg ia rasakan sekarang spertinya sudah terlalu biasa baginya. Bahkan rasa sakit pun sekalian.

Raysa menyuntikkan sesuatu ke dalam infus Rafa, Rafa lagi lagi merasakan kepala nya pusing tapi masih bisa ditahannya.

"Rafa, apa kamu pusing?" Tanya raysa.

"Iya, dokter.." Jawab Rafa seadanya.

"Baiklah, ini hampir selesai.. Setelah ini saya akan memberikan obat lagi ke kamu.. Jangan lupa diminum.." Ucap raysa lembut.

Raysa melihat ke Reina yg menatap sedih Rafa. Reina mengelus elus tangan kiri Rafa dengan lembut. "Sayang, kalo ada yg sakit bilang ke bunda ya.."

"Iya, bunda.." Jawab Rafa singkat.

Reina menghela nafas pelan melihat anaknya tak bersemangat sama sekali. Setelah tiga hari yg lalu ia dapat kabar dari juna kalau Rafa melarang Kai untuk datang menjenguknya. Reina hendak membantah namun ia juga tak punya hak untuk melarang Rafa. Tapi apa yg dilihat Reina sekarang adalah Rafa yg tak bersemangat, kosong dan tanpa gairah membuat Reina menjadi sedih.

"Rafa, izinkan lagi ya Kai buat jenguk Rafa? Rafa nggak kangen ama adek?" Tanya reina pelan.

Rafa menoleh ke bundanya lalu menggeleng lemah. "Untuk sekarang jangan bunda.. Biarin aja adek beradaptasi dengan sekolah barunya dulu.. Kasihan dia capek capek kesini nanti.." Jawab Rafa.

Raysa tersenyum kecut mendengar ucapan Rafa karena yg dengar hanya kebohongan. "Rafa, jika kamu mual nanti.. Minum obat ini ya.." Ucap raysa sambil mengambil obat obatan di meja dorong yg ia bawa.

"Baik buk dokter.." Jawab Rafa lagi.

Raysa segera mengganti selang infus Rafa dan setelah itu ia keluar.

Rafa menatap kembali bundanya itu. "Ada apa bunda? Jangan menatap rafa seperti itu.. Rafa sudah biasa sekarang.. Jadi nggak apa apa lagi.."

Reina memeluk Rafa dengan lemah lembut agar anaknya itu tak merasakan tekanan. "Bunda, sayang banget ama Rafa.." Ucapnya sembari mengelus rambut anaknya itu. Namun Reina terkaget, melihat tangannya dimana ada rambut Rafa yg mulai rontok. Sekarang ia tidak tahan lagi menahan air mata.

"Bunda, Rafa mohon jangan nangis.." Pinta Rafa yg masih dalam pelukan bundanya.

"Maafkan bunda nak.." Ucap Reina sembari mengambil rambut anak itu. Reina melepaskan pelukannya lalu tersenyum tulus.

"Bunda, Rafa mau minum obat yg diberikan dokter raysa tadi.." Pinta Rafa.

"Baiklah, nak.."

Reina mengambil sebotol air putih lalu ia membukakan pil dengan berbagai macam ukuran. "Ini sayang.."

Rafa mengambil obat ditangan bundanya lalu meminum sekaligus serta meneguk air. "Bunda, Rafa mau tidur ya.."

Reina mengangguk. "Tidurlah nak.."

Rafa merebahkan dirinya lalu menutup matanya. Perlahan Rafa terbawa bunga tidur. Reina tak henti henti nya mengelus dahi anaknya itu lalu mengecup beberapa kali.
"Selamat tidur, cintanya bunda.." Bisik Reina.

Sekarang sudah jam satu siang, dan rafa masih tidur pulas. Juna dan rafi telah menunggu sedari tadi namun Rafa tak kunjung bangun membuat mereka jadi sedih.

Juna menghela nafas. "Sudah tiga hari Rafa nggak ngizinin Kai kesini dan sudah tiga hari pula Rafa seperti tak hidup.."

"Iya kak.. Gimana lagi kak? Melihat Rafa yg kehilangan senyumnya membuat gua sedih.. Gua udah berusaha menghiburnya namun Rafa tetap saja diam dan sering melamun.." Saut rafi.

WISHLIST || Beomgyu ✔️  Where stories live. Discover now