Jangan menangis lagi

290 30 0
                                    

Juna, surya dan rafi berjalan dengan langkah berat.

"Kak, bagaimana cara kita nanti menyampaikan nya ke rafa?" Tanya surya.

Juna menghela nafas. "Lebih baik jujur aja.. Nanti kita cari jalan keluarnya"

Surya mencengkram poninya erat erat. "Kenapa harus keluarga kita yg mengalami hal seperti ini" Gumam surya lirih.

Rafi tiba-tiba berhenti. "Kak, gimana kalo ayah bisa menjadi pendonor yg cocok dengan Rafa kak? Gimana kalo kita coba aja kak?" Tanya rafi sembari menatap kedua kakak nya itu.

Juna menggigit bibirnya. "Baiklah, mari kita coba kalo itu jalan satu satunya."

Surya langsung menggeleng. "Jangan kak.. Kita cari aja jalan lain.. Akan gawat sekali bila bunda atau adek bertemu dengan ayah... Kalo itu terjadi kita tak akan bertemu lagi dengan bunda ataupun adek,kakak... Gua nggak mau hal itu terjadi.."

"Terus gimana dengan Rafa, kak? Dia kesakitan kak... Bagaimana jika hal buruk terjadi ke kembaran gua, kak.." Teriak Rafi ke surya. Ia dengan susah payah menahan air matanya agar tak menetes.

Surya pun terdiam. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Sudahlah, mari kita bicarakan bersama sama dulu okey.." Lerai juna yg melihat kedua adeknya lagi kacau.

"Kemana adek bule itu? Mana ongkos taksi belum dibayar lagi" Gumam seseorang yg sedang melihat ke kanan dan kekiri.

Seketika surya langsung berpikiran buruk. Ia berjalan menghampiri lelaki tua itu. "Maaf Pak.. Tadi saya dengar anda mencari adek bule? Maksudnya apa? " Tanya surya dengan raut wajah cemas.

Bapak itu melihat dari kaki hingga ke ujung rambut surya. Ia tiba-tiba teringat dengan penumpang dia yg tak sadarkan diri itu. "Iya, tadi adek bule itu penumpang saya.. Sekarang dia nggak keluar keluar lagi setelah mengantarkan kakaknya yg tak sadarkan diri. Dia belum bayar ongkos taksi lagi.."

Deg.

Seketika jantung mereka bertiga berhenti berdetak.

Surya langsung mencengkram bahu bapak itu. "Dimana adek saya sekarang, pak?" Tanya surya dengan berteriak.

Bapak itu sedikit syok. "Ruang IGD, mas"

Surya dan rafi langsung berlari kedalam. Sedangkan juna mengeluarkan dua lembar seratus ribu dan memberikan ke bapak itu. "Pak, terimakasih" Ucap juna.

Juna juga berlari hingga ia sampai di ruang IGD. Surya datang terlebih dahulu, ia melihat bocah berambut pirang yg duduk sembari memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya.

Surya sudah meneteskan air mata mendengar sesegukan bocah pirang yg tak lain adalah adeknya sendiri. Surya melangkah pelan dan berjongkok di hadapan kai yg masih memeluk lututnya. Surya menyentuh bahu Kai. "Adek..." Panggil surya dengan pelan.

Kai yg masih bersimbah air mata mengangkat kepalanya. Ia melihat surya yg menatapnya dengan iba. "Kakak!!" Pekik Kai.

Surya langsung memeluk adeknya itu. Ia merasakan tubuh Kai yg gemetaran. Surya memeluk erat Kai yg tangis nya bertambah kencang.

"Kak...kak rafa nggak sadarkan diri tadi.. Kak Rafa hidungnya berdarah.. Kai takut kak.. Kai takut terjadi hal buruk pada kak Rafa...huaaa.." Tangis nya pecah lagi.

"Tenanglah, dek... Kak Rafa akan baik baik aja.. Kak Rafa pasti baik baik aja, hmm... Percaya pada kak Rafa ya.. Kak Rafa orangnya kuat kok...." Ucap surya menenangkan. Ia masih memeluk Kai yg masih sesegukan di dadanya. Surya mengelus elus rambut Kai agar ia tenang.

Juna dan rafi melihat ke arah pintu ruangan IGD yg tertutup. Mereka kalut dalam diam mereka. Hanya air mata yg menetes membasahi wajah mereka.

Kai masih memeluk surya dengan erat hingga ia menjadi tenang dengan sendirinya. Kai menjauhkan tubuhnya lagi dan menghapus air matanya. Bahkan surya mengeluarkan sapu tangan di saku kemejanya dan menghapus ingus Kai yg masih meler. Ia juga merapikan rambut Kai yg awut awutan. Surya membantu kai untuk berdiri dan mendudukannya di samping rafi.

WISHLIST || Beomgyu ✔️  Where stories live. Discover now