Hari hari yang menyakitkan

218 27 2
                                    

Rafa sudah kembali dari melakukan kemoterapi. Ia sudah merasakan pusing yg tak tertahan. Reina yg melihatnya menjadi khawatir. "Sayang, apa yg kamu rasakan? Katakan kepada bunda.."

Rafa menoleh ke bundanya. Ia memaksakan senyuman di wajahnya. "Rafa pusing bunda.."

"Baiklah sayang.. Tunggu bentar ya.. Bunda akan panggilkan dokter raysa.." Ucap Reina lalu berjalan cepat keluar.

Rafi mendudukkan dirinya di samping Rafa. Rafi memijit mijit kepala Rafa pelan. "Fa, bertahan lah.." Bisik Rafi.

Rafa mengangguk. "Terimakasih, fi.."
Tiba tiba Rafa merasakan mual yg tak tertahankan. "Fi, gua mau muntah"

Segera Rafi mengambil baskom di bawah ranjang Rafa dan memegangnya di depan Rafa. Rafa muntah muntah namun tidak ada yg dikeluarkan nya. Ia merasakan kelelahan luar biasa.

"Fa, udah?" Tanya Rafi perihatin.

Rafa mengangguk lemah. Nafasnya sedikit sesak. Keringat dingin telah membasahi pelipis nya.

Rafi segera menghapus keringat yg berjatuhan di pelipis kembarannya. Ia menatap iba kembarannya itu. "Fa, seandainya bisa dibagi rasa sakit lu.. Gua bakal bersedia berbagi kesakitan dengan lu.."

Rafa menatap kembarannya itu. "Enggak, fi.. Cukup gua aja.. Tenanglah, gua nggak apa apa." Ucap Rafa lemah. Lagi lagi Rafa merasakan mual.

Rafi buru buru mengambil baskom dan memeganginya lagi. Dan Rafa muntah yg hanya mengeluarkan cairan putih.

Rafi tidak tahan menahan air matanya, ia menangis dalam diam. Ia juga menepuk nepuk pelan punggung Rafa. Dan Rafa muntah lagi.

"Krrieeet.."

Raysa buru buru mensuntikkan sesuatu di selang infus Rafa. Dan setelah itu terlihat lah Rafa bisa bernafas normal dan mualnya mulai berhenti. Rafa menghela nafas lega. "Rafa, nanti saya kasih obat.. Kamu minum setelah makan... Kamu harus tetap makan ya.." Ucap raysa.

Rafa hanya mengangguk. "Iya, buk dokter.." Ucapnya lemah.

Reina yg memperhatikan sedari tadi hanya bisa meneteskan air mata. Ia mendekati anaknya lalu mengelus lembut Rafa. "Sayang.. Masih mual?"

"Tidak lagi bunda.. Agak mendingan.." Ucap Rafa.

Raysa tersenyum getir melihat Reina dan rafa. "Baiklah, jika ada apa apa lagi.. Hubungi saya ya.." Ucap raysa lalu berlalu pergi.

Reina mendudukan dirinya diranjang Rafa dan menatap mata anak itu. "Sayang setelah sembuh, Rafa mau ngapain?" Tanya Reina.

Rafa tersenyum tipis. "Tidak banyak bunda.. Rafa ingin kita berkumpul termasuk bunda.. Rafa ingin menghabiskan waktu 24jam dengan kakak, Rafi dan adek, bunda.. Hanya itu saja.."

Reina mengangguk. "Bener.. Yg paling berharga adalah menghabiskan waktu dengan orang yg kita cintai.."

Rafi pun mengelus rambut Rafa. "Sebentar lagi kita akan pergi liburan bersama.. Tenang saja.. "

"Iya, gua sangat menunggu hari itu datang.." Balas Rafa.

Reina dan raysa tersenyum senang mendengar jawaban Rafa.

Sekarang sudah menujukan jam dua belas siang, juna sebenarnya sangat ingin keluar dari kantornya ini namun karena tiba-tiba tim marketing nya meminta dia untuk menghadiri rapat dan meminta pendapat nya selaku CEO perusahaan terpaksa dia harus menghadiri.

Juna hanya mendengus kesal namun ia juga memperhatikan para karyawan nya yg mempresentasikan hasil kerjaan mereka. Beberapa jam telah terlewati dan akhirnya tinggal tugasnya menandatangani hasil dari rapat itu.

WISHLIST || Beomgyu ✔️  Where stories live. Discover now