Semakin Parah

357 33 0
                                    

Keesokan paginya, tiba tiba kondisi Rafa ngedrop. Badannya panas tinggi hingga bola mata Rafa naik keatas. Reina sangat terkejut, ia mencoba memanggil rafa.

"Sayang.. Sayang.. Rafa denger bunda nak.. Nak..." Panggil Reina sembari menepuk pelan pipi Rafa namun Rafa tetap saja kejang kejang.

Reina segera menekan tombol yg ada diatas kepala ranjang Rafa yg berarti itu tanda emergency. Reina kembali memanggil nama anaknya.

"Rafa.. Sadar, nak.. Jangan bikin buda takut nak.."

Rafa yg masih mendengar ditengah kesakitan. "Bunda..."

"Iya, sayang.. Bertahan lah sayang... Bunda mohon.." Ucap Reina dengan suaranya yg parau menahan tangis.

"Draap.. Drap.." Langkah dokter yg terburu-buru masuk ke ruangan.

Ada tiga dokter yg langsung menangani rafa. Reina tak henti hentinya merafalkan doa keselamatan buat anaknya.

Dokter raysa menyuntikkan sesuatu keselang infus Rafa sehingga Rafa kembali tenang. Dan dokter yg lainnya memasangkan masker oksigen ke Rafa.
Setelah beberapa saat, Rafa kembali bernafas normal karena dibantu oleh masker oksigen.

Reina yg melihat nya terjatuh ke lantai. Ia menangis tak bersuara melihat keadaan anaknya. "Apa yg bunda harus lakukan, nak.." Rintih Reina.

Dokter raysa melihat iba ke arah Reina. Ia berjongkok didepan Reina. "Buk Reina.. Rafa nya udah kami tangani.. Sekarang dia baik baik aja buk.. Sudah ya buk... Jangan menangis lagi.. Nanti Rafa nya juga ikut sedih.." Ucal raysa selembut mungkin.

Reina mengangkat wajahnya. "Tapi dok anak saya.. Kenapa bisa seperti itu dok.. Kenapa tidak ada angsuran nya dok.."

Raysa tersenyum getir. "Iya, ibuk.. Obatnya lagi bekerja buk.. Nanti Rafa bakal transfusi darah lagi.. Kita akan mengusahakan yg terbaik buat anak ibuk.. Ibuk harus tetap semangat ya.."

Reina menghapus air matanya. "Baik buk dokter.."

Raysa membantu Reina berdiri dan membimbing Reina untuk duduk disamping Rafa. "Ibuk, tolong di support terus anaknya ya buk.."

"Baik buk dokter raysa.." Ucap Reina pelan.

Raysa dan dokter dokter yg lainnya keluar dari ruangan. Sekarang tinggalah Reina dengan Rafa yg tak sadarkan diri.
Bunyi alat pendeteksi jantung memenuhi ruangan bercat putih itu.

Reina menggenggam tangan anaknya yg telah pucat itu. Reina mengusap usap tangan Rafa dengan pelan. "Sayang.. Jangan siksa bunda seperti ini.. Kamu harus bertahan ya nak.. Bunda sangat menyayangi Rafa.." Ucapnya lirih namun tak terdengar oleh Rafa.

Reina tak henti henti nya menatap wajah anaknya itu, ia takut hal buruk terjadi lagi pada anaknya. Hingga ia tak menghiraukan sudah berapa jam yg menatap anaknya itu.

"Drieet.." Bunyi pintu terbuka.

Reina segera menoleh kebelakang. Reina mencoba memasang senyuman di wajahnya. "Kalian telah datang.."

Juna ikut tersenyum namun tidak dengan rafi yg langsung berjalan ke ranjang Rafa. "Bunda, kak Rafa kenapa?" Tanya rafi dengan suara bergetar. Ia menatap kembarannya itu dengan cemas. Rafi menyentuh tangan Rafa yg tak berdaya.

Surya juga langsung berjalan ke samping rafi. Ia bahkan sudah menangis melihat wajah Rafa yg tertutup masker oksigen. "Bunda, Rafa baik baik aja kan bun?" Tanya surya.

"Rafa baik baik aja sekarang nak.. Tadi pagi memang Rafa sempat ngedrop, badannya panas tinggi dan ia susah nafas tapi sekarang Rafa udah mendingan.." Jelas Reina lembut.

Juna membawa bunda nya kepelukan nya. "Kita harus tetap berpositif thinking ya bunda.. Semuanya pasti baik baik aja.. Dua hari lagi hasil lab nya akan keluar kan.. Jadi kita harus bersabar dua hari ini ya bunda.." Bisik juna sembari mengusap pelan punggung bunda nya.

WISHLIST || Beomgyu ✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang