Terimakasih, bunda

175 25 0
                                    

Reina tersenyum puas karena urusan kepindahan Kai tak sesulit ya ia pikirkan. "Uang emang segalanya.." Gumamnya lirih.

Kemudian Reina melihat kekanan dan kekiri namun ia tak menemukan putra bungsunya. "Kai kemana lagi? Atau dia udah masuk kedalam kali ya.." Pikir Reina.

Reina mempercepat langkahnya dan tak butuh waktu lama, ia telah di depan pintu ruangan rafa. Reina membuka pintunya pelan dan ia melihat ke empat putranya lagi mengobrol.

"Kai mana?" Tanya Reina kesiapa saja.

Juna yg sedang duduk langsung berdiri. "Tadi kan kai ama bunda?"

Surya, Rafa dan rafi pun langsung cemas.
Surya mendekati bunda nya yg masih berdiri di ambang pintu. "Bunda, adek mana?" Tanya Reina.

Reina menghembuskan nafasnya kasar lalu ia mendudukan dirinya di sofa panjang. "Sepertinya adek kalian lagi pundung tuh.."

"Apa maksud bunda?" Sebu Rafa. Ia sangat khawatir bila membahas adek bontotnya itu.

"Tadi bunda meminta Kai untuk sekolah disini saja dan ia mengiyakan. Yah, tapi sepertinya ia tetap marah ama bunda tuh.." Ucap Reina sembari tersenyum tertekan.

Rafa menghela nafas lelah. "Bunda memaksa adek ya?" Tanya Rafa sedih.

Reina mengurut pelipisnya. "Yah, mau gimana lagi Rafa.. Hanya itu jalan satu satunya biar bunda bisa mantau kalian semua.. Tapi tenanglah biasanya adek kalo pundung paling lama setengah jam sudah itu ia kembali ceria lagi.."

"Tapi kira kira adek kemana bunda?" Tanya rafi sekarang.

"Baiklah, bunda akan menghubungi nya.." Jawab Reina. Reina mengambil handphonenya lalu menghubungi Kai.

"Dararararari baby" Terdengar dering handphone Kai di ujung sofa. Dan sekarang Reina benar-benar pusing.

"Dia nggak bawa handphone nya.." Sambung Reina lagi.

"Bunda biar juna cari adek,ya.." Pinta juna serius.

"Sabar aja dulu, juna.. Kalo dalam tiga puluh menit, adek juga nggak balik baru kita cari ya.."

Juna pun hanya bisa menuruti kata bunda nya, ia kembali duduk di kursi kesukaannya. Dan surya yg duduk disamping bunda nya. Reina memijit mijit pelipisnya. "Kai tuh berbakat banget bikin bunda khawatir.."

Surya mengelus elus tangan Reina. "Sabar ya bunda.."

Lalu Reina teringat dengan kondisi Rafa yg belum ia tanya sedetail mungkin. "Rafa.." Panggil Reina.

"Iya, bunda?" Jawab Rafa.

"Fa, bagaimana kata dokter raysa apa ada kemajuan mencari pendonor yg cocok untuk rafa?" Tanya Reina sembari melihat Rafa yg menunduk.

"Belum ada bunda.." Cicit Rafa.
Rafi segera menyentuh lengan Rafa yg sedang sedih.

Reina menatap sendu anaknya itu. "Rafa harus bersabar ya.. Bunda akan mencari segala cara untuk menyembuhkan Rafa, okey.."

Rafa mengangguk antusias. "Iya bunda.. Rafa akan bersabar bunda.."

"Bunda, sepertinya belum tahu ya? Kalo diantara kami bertiga tidak ada satupun yang cocok dengan Rafa bunda.." Ucap rafi dengan suaranya yg tenang.

"Apa? Kenapa bisa? Kalian semua kan saudara kandung.. Satu ayah dan satu ibu.. Bukankah itu kemungkinan nya lebih besar atau jangan jangan hasil lab nya salah.." Serbu reina yg tak Terima. Ia merasakan pusing keliling memikirkan anak anaknya.

"Sudah kami tanyakan, bunda.. Dan hasilnya memang seperti itu..." Ucap juna sembari melihat bunda nya yg sudah kusut.

Reina memicingkan matanya saking pusing kepalanya namun Reina tidak kenal menyerah. "Baiklah, kalian tenang saja.. Bunda akan berbicara dengan dr. Raysa pasti ada jalan keluarnya.."

WISHLIST || Beomgyu ✔️  Where stories live. Discover now