Dilema

265 30 0
                                    

Reina pagi pagi sekali telah menitipkan Rafa ke juna dan surya. Ia segera ke administrasi untuk membayar biaya pengobatan anaknya. Reina melihat rekening nya yg perlahan menipis. Ia hanya bisa menghela nafas lelah.

"Seperti nya besok besok aku harus bergiat lagi kerjanya nih.. Belum lagi adek mau kuliah.." Ucapnya sendiri.

Setelah melakukan pembayaran, Reina mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Ia melihat lihat jadwalnya yg beberapa di undurkan dan Reina juga mengirimkan hasil desain nya ke pihak perusahaan yg berkerjasama dengannya. Tak terasa Reina telah berjam jam bekerja melalui iPad nya.

"Oh, ya besok aku harus nemenin adek ngambil rapor ya.." Ucapnya sendiri lagi.

Reina mencari tiket pesawat untuk berangkat sore nanti ke kuala lumpur. Ia mengambil tiket bisnis untuk keberangkatan jam lima sore. Reina melihat jam tangannya, sekarang sudah jam tiga sore berarti tinggal dua jam lagi ia harus berangkat ke bandara. Reina buru buru merapikan kerjaannya dan menyimpan nya di dalam tas jinjingnya.

Reina menekan tombol lift lantai 3, ia ingin berpamitan kepada anak anaknya lalu berangkat. Pintu lift telah terbuka, Reina berjalan gontai ke ruangan anaknya. Namun langkahnya terhenti ketika banyak dokter masuk ke ruangan anaknya. Reina langsung berlari menghampiri surya yg berdiri di pintu ruangan Rafa.

"Surya, adekmu kenapa nak?" Tanya Reina dengan suara bergetar. Reina mengintip melalui jendela, dokter raysa sedang memberikan pertolongan ke Rafa yg tak sadarkan diri.

"Bunda, Rafa collaps lagi bunda... Ia tiba-tiba tak sadarkan diri bunda.." Ucap surya sembari menangis.

Reina menutup mulutnya, ia menangis tertahan. "Oh ya Tuhan tolong selamatkan anak saya.."

Juna yg sedari tadi duduk di kursi tunggu membawa bundanya untuk duduk. "Bunda... Duduk dulu.." Ajak juna.

Reina mengikuti juna, ia duduk di samping juna. Ia tak henti hentinya menangis dalam diam.

Lalu datanglah seorang perawat yg membawa dua kantong darah. Reina langsung berdiri. "Suster, anak saya nggak apa apa kan sus?"

Perawat itu tersenyum simpul. "Rafa sekarang sedang ditangani bu.. Kami akan melakukan transfusi darah sekarang. Ibuk bisa menemani anaknya.. Yuk masuk.." Ajak perawat itu ke Reina.

"Baik, suster.."

Reina melihat ketiga putranya. "Juna, surya, Rafi.. Kalo kalian capek, kalian pulang aja ya.. Jangan lupa makan dan istirahat, okey.. Bunda nggak mau ada anak bunda yg sakit lagi.." Ucap Reina sembari mengusap lengan Rafi yg disampingnya.

"Iya, bunda.." Jawab Rafi yg juga menyentuh tangan bundanya.

"Bunda jangan khawatirkan kami.. Kami bisa jaga diri sendiri.." Ucap juna menenangkan bundanya.

Reina tersenyum simpul. "Baiklah, bunda temani adekmu dulu ya.." Pamit Reina.

Reina membuka pintu ruangan bercat putih itu. Reina langsung di sambut dengan cahaya matahari senja yg menyinari wajah anaknya yg pucat pasi. Reina menguatkan dirinya. Ia duduk di samping anaknya. Reina tak henti hentinya memperhatikan dokter raysa yg telaten mengurusi anaknya. Selang yg berisi darah merah telah mengalir melalui nadi Rafa. Reina sesekali mengelap keringat dingin yg berjatuhan di dahi Rafa.

Detik waktu terus berjalan, Rafa telah selesai transfusi darahnya. Wajah Rafa kembali cerah lagi. Reina menghembuskan nafas lega. Saking capeknya Reina akhirnya tertidur lelap sembari menggenggam tangan anaknya.

Senja telah berganti malam, Rafa terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesekitar, lalu ia merasakan hembusan nafas di tangannya. Rafa tersenyum getir melihat wajah lelah bundanya. Rafa mengangkat tangan kirinya lalu mengusap rambut bundanya pelan.

WISHLIST || Beomgyu ✔️  Where stories live. Discover now