Chapter 22

82 24 19
                                    

Hallo guyss

Hallo guyss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dara memarkirkan mobilnya di bagasi rumah. Masih dengan perasaan kesal dara berjalan tak santai ke dalam rumahnya. Tentu hal itu disadari oleh sang mama, yang menatap heran ke arahnya.

"Dara! Mama mau ngomong." Panggil atha ketika dara hendak melangkahkan kakinya ke gundukan anak tangga.

Dara mengernyit. "Mama? Sejak kapan disitu?" tanya heran.

Atha memutar kedua bola matanya malas, sudah jelas-jelas tadi dara sendiri yang melewatinya begitu saja, memang anak durhaka!

"Sini!" pinta atha tak mau di bantah. Dara langsung menghampiri atha.

"Ada apa ma?"

Atha menarik nafas panjang. "Mama sama papa nanti sore mau ke amerika, alden ikut juga."

Dara ternganga. "Terus dara?" tanyanya tak percaya.

Atha menjelaskan mengapa ia, kenzo, dan alden pergi ke amerika, bahwasannya alden yang berniat setelah usai sekolah ini akan melanjutkan kuliahnya di luar negri. Sekaligus ingin mengajarkan kepada alden bagaimana cara memegang perusahaan yang akan di turunkan kenzo kepada alden di amerika.

Mata dara sudah berkaca-kaca, bagaimana pun dia tetap di tinggalkan sendiri di rumah. Walaupun dia nantinya tinggal sama mbok ipah, mang rojak dan mang dadang.

Atha langsung menarik dara ke dalam dekapannya, mengusap surai rambut dara dengan lembut. "Mama gak lama kok, mama cuma seminggu disana. Kecuali papa kamu sama alden mungkin mereka akan berminggu-minggu disana." ujar atha lembut khas seorang ibu.

"Hisk, te-terus dara sama siapa dong, hisk."

Atha tersenyum. "Kamu boleh nginap di tempat tante maya kok, lagian disana kan juga ada calon suami kamu."

Ketika atha mengingatkannya pada rey, dadanya kembali sesak. Mengingat kejadian tadi siang yang membuat moodnya benar-benar berubah.

Dara menggelengkan kepalanya di bahu atha. "Re-rey jahat ma, hisk.. Dara kesal sama dia."

"Hey, lihat mama."

Dara melerai pelukannya dengan atha, dan menatap wanita paruh baya itu dengan mata dan hidung yang memerah akibat menangis.

Atha menyelipkan beberepa helai rambut dara ke belakang telinganya. "Kenapa hem?"

"Hisk.. Rey ma, dia belum selesai dengan masa lalunya."

"Udah ngomong langsung sama rey hm? Omongi dulu baik-baik nak sama rey. Ngomongnya pun harus pakai pikiran dingin dan jernih. Mana tau kan dara salah paham sama rey. Mama seneng kamu begini. Itu artinya kamu mulai nerima rey di kehidupan kamu, dan kamu juga mulai cemburu tuh sama dia." ujar atha menoel hidung dara gemas.

Dara mengusap air matanya kasar. "Enggak tuh, dara gak cemburu. Dara cuma kesal aja!" ucap dara tak terima.

"Sama aja sayang, itu artinya kamu cemburu, udah ya baikan sama rey. Mama juga udah telfon tante maya kalau selama seminggu ini kamu bakal nginap di rumahnya."

Dara kembali terisak. "Hisk... Mama gak lama kan? Dara nanti kangen dong."

Atha memeluk dara lembut, mengusap punggung sang anak yang terlihat sedikit bergetar. Jujur dia juga tidak mau pergi meninggalkan dara seorang diri. Tapi keadaan lah yang memaksanya untuk pergi sementara meninggalkan dara, lagian ia pergi cuma seminggu bukan?

***

"Papa jangan lama-lama dong."

"Iyaa, setelah urusan papa selesai alden sama papa bakalan langsung balik ke indonesia kok. Kamu mau oleh-oleh apa hm?" ujar kenzo menarik dara ke dalam pelukannya, dan mencium singkat puncak kepala dara sayang.

"Dara mau mama, papa, sama alden pulang dengan selamat aja."

Kenzo tersenyum begitu juga dengan atha. Sedangkan alden? Ia hanya diam matanya memanas ketika dara merentangkan kedua tangannya ke arah alden.

Tanpa babibu alden langsung berhambur ke dalam pelukan sang kakak yang nanti bakal ia rindukan. Beberapa minggu tidak berdebat dengan dara rasanya sangat hampa untuknya.

"Lo jaga mama sama papa di sana! Awas aja lo gak becus jaganya. Balik ke mari lo gue kubur hidup-hidup."

Alden mendorong tubuh dara pelan. "Ngeri amat anjim! Tenang aja semua udah gue atur!"

Dara mengepalkan tangannya ke udara, mengajak alden untuk bertos dengannya.

Atensi mereka tiba-tiba beralih ke gerbang rumah mereka. Disana sudah berdiri maya dan juga... Rey.

"Udah mau pigi aja tha?" Ucap maya memeluk singkat sahabat di depannya.

"Iya, aku nitip dara sama kamu ya! Kalau nakal jewer aja telinganya."

Maya mengangguk. Kemudian mengantarkan keluarga dara hingga sampai di depan gerbang besar itu.

Setelah melambaikan tangannya. Maya mengajak dara untuk mengambil koper milik dara, karena mulai detik ini hingga minggu ke depan, dara akan tinggal sementara di rumah calon mertuanya.

***

"Kamar kamu di samping kamarnya rey ya dara. Tante ke dapur dulu, biar barang kamu rey aja yang bawa. Ingat! Rey yang bawa jangan kamu." ujar maya meninggalkan keduanya. Maya sudah menganggap dara sebagai anaknya sendiri mengingat ia hanya di karuniai satu orang anak.

Dara mengangguk, kemudian melanjutkan jalannya ke kamar yang di tunjuk maya tadi.

"Berat?" Tanya dara ketika melihat rey sedikit kesusahan membawa tiga koper sekaligus.

"Enggak! Udah masuk gih!"

Dara menatap kagum pada kamar yang kini akan menjadi kamar sementara untuknya.

Rey yang melihat mulut dara melebar, langsung menutup mulutnya rapat. "Gak usah ngangak juga, banjir ntar kamar ini."

Dara langsung melontarkan tatapan sinis ke arah rey. "Biarin!"

Bersambung....

Next gak?

Jangan lupa votment dan fllw akun aku yah









RAYMOND! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang