PDH - 21

93 34 2
                                    

"INI REZVAN, TOLOL!" Tiba-tiba orang tersebut berteriak setelah mendengar percakapan kedua nya. Bagaimana dia tidak kesal, padahal wajah nya terpampang jelas tanpa penutup apapun. Kecuali masker.

ya elah.

•••

"Lah ngamuk dek? Lagian lo pake masker, hoodie item, segala item. Gelap amat kayak masa depan." Jimmi kini sudah duduk di samping Rezvan. Begitupun dengan Anna yang duduk di sebelah Jimmi.

Anna menoleh ke arah Rezvan, "mau maling dimana lo, Kak?" Pertantaan dari Anna membuat Jimmi tertawa.

"Kamu nanyeak~?" Rezvan membuat ekspresi dan nada bicara seperti tiktokers yang sedang viral, "ya udah sini aku kasih tau ya~"

"Affaan tuh~" Jimmi jadi ikut-ikutan.

Plak! Plak! Anna memukul kepala Rezvan dan Jimmi bergantian. Anna mengadahkan wajah nya kelangit. Ya Tuhan kenapa gue harus ketemu 2 tuyul ini.

Rezvan mengusap bagian belakang kepala nya, "nih anak sama kakel ga ada hormat-hormat nya anjing," keluh Rezvan.

Jimmi mengangguk setuju, "lagian kita kenapa disini sama dia?"

"Oh gitu? Okay." Anna sebenarnya bukan pura-pura merajuk. Namun ia tengah bersyukur karena sudah di usir.

Jimmi segera mencekal tangan Anna, "bercanda kali ah beb. Jangan ngambek dong."

Anna menipiskan bibir. Semoga hamba kuat sampai pulang ya Allah.

"Eh btw Rez, lo ngapain disini?" Tanya Jimmi setelah duduk di samping Rezvan.

Rezvan menunjuk ke arah cafe yang berada di sebrang taman. "Hellen lagi nungguin gue disana."

Jimmi mengerjapkan mata nya, "lo ngedate?"

•••

Kenzin menundukkan kepala sembari menahan tangis nya. Pak Slamet pun hanya bisa mengasihani Kenzin tanpa bisa melakukan apapun. Yap, pihak sekolah memutuskan agar Kenzin mundur dari perlombaan Cerdas Cermat yang akan di adakan 18 hari lagi. Sebenarnya Kenzin juga sadar kalau dia akhir-akhir ini tidak belajar karena masalah yang menimpa nya. Pihak sekolah pun memundurkan nya karena masalah ini.

Gadis itu bangkit dari duduk nya setelah Pak Slamet selesai bicara. Kenzin terus mencengkram rok nya. Setelah keluar dari kantor, Kenzin berpapasan dengan Hellen. Hellen sengaja menabrak bahu Kenzin, untung nya Kenzin tak semudah itu untuk jatuh kelantai.

"Dasar rubah licik," gumam Kenzin.

Walaupun gumaman Kenzin kecil, Hellen tetap bisa mendengar nya. Gadis itu membalikkan badan, menatap punggung Kenzin yang masih terus berjalan ke depan.

Hellen mempercepat langkah, tangan nya menarik bahu Kenzin hingga gadis itu berbalik badan. Bukan nya terkejut, Kenzin hanya menatap wajah Hellen dengan datar. Tak ada reaksi apapun.

Plak! Tangan Hellen menampar Kenzin. "Coba ulangin kata-kata lo tadi."

Kenzin menolehkan kepala nya, ia tatap wajah Hellen. "Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?" Tangan Hellen kembali terangkat, tetapi Kenzin segera menahan tangan Hellen. "Jadi ini tujuan lo, Hell? Ngejatuhin gue biar ga ikut lomba itu? Bukan gue yang murahan ternyata. Tapi otak dan pikiran lo yang murahan."

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin