PDH - 9

108 46 0
                                    

"Mungkin Tuhan sudah mempertemukan kita untuk bersatu. Atau sebaliknya?"

.
.
.
.
.

Kenzin menatap kertas ulangan kimia nya yang mendapat 95. Gadis itu mengernyitkan alis —bingung. Apa yang salah dengan jawaban nya? Ia pun beralih menatap kertas ulangan milik Anna.

"Anna, nomor 5 lo ada salah gak?" Tanya Kenzin.

Anna menggeleng.

"Liat dong. Hehe."

Anna menyodorkan kertas ulangan nya. Kenzin dengan pelan-pelan membandingkan jawaban miliknya dengan milik Anna. Setelah selesai membandingkan, Kenzin beranjak meninggalkan bangku nya. Berlari ke arah kantor dimana guru kimia mereka berada.

"Tuh anak ngapain dah?" Tanya Asha entah kepada siapa.

Hellen dan Azkia yang mendengar nya hanya mengidikkan bahu.

"Halah palingan mintak benerin nilai karena ada yang salah." Kalimat itu keluar dari bibir Bening, siswi yang duduk berseberangan dengan Asha.

Sarah mendengus, "salah dikit langsung protes. Cih."

Hellen, Asha, Azkia dan Bening tertawa mendengar nya. "Si paling sempurna! Hahaha!" Ucap Hellen dengan nada di tinggikan.

"Lo yang juara 1 aja gak protes." Asha tersenyum remeh.

"Aduh biasalah, Sha. Dia kan mau nomor 1. Makanya nilai dia harus sempurna." Sahut Azkia

Mereka berlima kembali tertawa. Sekelas hanya menyimak pembicaraan mereka. Terutama Anna. Yang lain sih sepakat pada mereka. Namun tidak dengan Anna. Dia sungguh-sungguh kesal mendengar komentar dari mereka.

BRAK!

"WOI TUKANG GIBAH! MAKSUD LO BILANG GITU APA HAH?!" Anna memukul meja lalu berteriak sembari menunjuk ke arah Hellen dkk.

Satu kelas terkejut dengan teriakan Anna. Asha yang tak terima di bentak seperti itu ikut berdiri, menunjuk wajah Anna.

"DIH EMANG SAHABAT LO SOK PALING SEMPURNA BANGSAT!" Asha balas teriak.

Dada Anna kembang kepis. Ia mengeraskan rahangnya. "GAK USAH SOTOY SAMA MASALAH ORANG TOLOL!"

Hellen berjalan menghampiri Anna. Anna menatap balik Hellen dengan sangar. Seluruh mata menuju ke arah Hellen dan Anna yang saling berhadapan.

"Cewek miskin gak usah ikut campur!" Hellen mendorong bahu Anna sampai ia terduduk. Anna yang tak menerima ucapan Hellen hanya bisa mengeluarkan setetes air mata. Lalu tangan Hellen sudah melayang siap menampar wajah cantik Anna.

Anna memejamkan mata. Siap menerima tamparan dari Hellen. Lagipun kalau dia di tampar, dia bisa mengadu ke guru. Tapi Anna merasakan hal yang aneh. Kenapa pipi nya tak di tampar sampai sekarang? Dia pun memberanikan diri membuka mata pelan-pelan. Ternyata disana sudah ada Kenzin yang menahan tangan Hellen.

Kenzin dan Hellen bersitatap. Seperti ada leser yang keluar dari masing-masing mata mereka, leser tersebut saling beradu. Anna melotot kala melihat mereka. Seperkian detik kemudian Kenzin menghentakan tangan Hellen dengan kuat.

"Gak usah ganggu sahabat gue, jalang!" Kenzin mendorong bahu Hellen agar menyingkir dari jalan nya.

"SIAPA YANG LO BILANG 'JALANG' HAH?!" Hellen menarik rambut Kenzin yang baru saja akan duduk.

Cewek berambut panjang dikuncir kuda itu meringis kesakitan memegangi rambut nya. Tapi Kenzin dengan cepat mengubah posisi. Ia menendang kaki Hellen yang berada di belakang nya. Lengah, Hellen melepas jambakan nya. Kenzin memutar badan Hellen, mendorong punggung nya sampai tersungkur ke lantai.

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINWhere stories live. Discover now