PDH - 8

134 60 23
                                    

Kenzin mengurungkan niat untuk kembali ke kelas. Pasti Hellen akan ribut disana karena kejadian debat di koridor. Maka Kenzin memutuskan berjalan ke kelas cowok yang tengah ia perjuangkan. Rezvan.

Pintu kelas XI MIPA 3 tidak tertutup. Di biarkan terbuka lebar —jam kosong. Sepertinya guru yang mengajar tidak masuk. Hal itu menguntungkan Kenzin. Gadis itu melangkah masuk ke dalam kelas. Matanya mencari keberadaan Rezvan. Satu kelas kebingungan kenapa Kenzin asal masuk.

"Kak Rezvan!" Bibir Kenzin tersenyum lebar kala mendapat figur Rezvan yang berkumpul bersama teman-teman kelas nya. Tangan Kenzin terangkat ke atas.

Rezvan melotot —kaget dengan keberadaan Kenzin, maka Rezvan cepat-cepat berlari ke arah Kenzin kemudian menarik lengan gadis itu keluar kelas.

"Ngapain lo ke kelas gue?" Tanya Rezvan setelah mereka berdua sampai di koridor pembatas antara lapangan olahraga dan lapangan upacara.

Kenzin duduk di salah satu bangku semen yang menyatu dengan lantai, "kangen. Kak Rezvan gak kangen gue?"

"Sinting ya lo?" Rezvan memutar bola mata nya dengan malas. Ia kembali melangkah ke arah kelas.

Tapi Kenzin dengan cepat menangkap tangan Rezvan. "Gak usah balik ke kelas. Disini aja, temenin gue." Ia menampilkan senyum tipis.

"Buang-buang waktu." Rezvan balik kanan.

"Lah di kelas lebih buang waktu." Kenzin berdiri menghadap Rezvan, "ada yang mau gue omongin."

Rezvan mengangkat salah satu alis nya seolah berkata, "apa?"

"Gue nyabu." Kenzin nyengir kuda.

Ucapan Kenzin membuat Rezvan membulatkan mata. "Gilak ya lo?! Lo cewek tolol!"

"Lah emang salah kalo nyabu —nyaman berdua denganmu?" Kenzin tertawa melihat reaksi kesal Rezvan. "Hahaha! Ngakak banget!" Ucap Kenzin di sela-sela tawa nya.

Rezvan menatap malas Kenzin yang tertawa. Dirinya memilih meninggalkan Kenzin sendirian. Beberapa detik kemudian Kenzin tersadar bahwa Rezvan telah meninggalkan nya.

"Oi kak! Becandaaa!" Teriak Kenzin sembari berlari menyusul Rezvan.

•••

Gadis dengan rambut panjang terurai hampir sepinggang itu terus menghela nafas dengan berat. Saking tidak mood nya, dia tidak makan di jam istirahat. Apalagi sahabat nya di panggil ke kantor tapi baru kembali di mata pelajaran ke-4 —ada 2 mata pelajaran di awal, istirahat, dan 2 mata pelajaran terakhir, karena itu sekarang adalah mata pelajaran ke-4.

Kenzin memanggil Anna berulang kali, tapi tak ada sahutan. Bahkan teman sebangku sekaligus sahabat nya melamunkan sesuatu yang tidak ia ketahui. Karena kesal tak di hiraukan, Kenzin mencubit lengan Anna. Sang empu langsung meringis kesakitan.

"Sakit anjir!" Keluh Anna dengan volume yang kecil.

Kenzin menatap Anna —nyalang, "lagian lo di panggil gak nyaut."

Anna memejamkan mata sejenak, "ada apa emang?" Tanya nya pelan.

"Ini jawab nya gimana? Bingung gue." Kenzin menyodorkan ponsel nya yang menampilkan foto hasil jepretan di papan tulis agar terlihat jelas.

KRIIIINNGGG KRIIIIINGGGG KRIIIINGGG

"Yeay! Pulang!" Teriak Kenzin bersemangat. Urung sudah niatnya untuk bertanya pertanyaan yang tak ia pahami tadi.

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINWhere stories live. Discover now