PDH - 10

114 44 3
                                    

Jimmi terus menerus menganggu Rezvan yang sedang fokus mengerjakan tugas dari Pak Rahman —guru seni budaya. Pak Rahman tadi memberikan tugas untuk memilih lagu yang akan di tampilkan pada minggu depan untuk ulangan harian.

"Ciee cari lagu yang untuk disampein ke Kenzin yaa," Jimmi mencuil dagu Rezvan.

Refleks Rezvan memukul kepala Jimmi, "mau cari mati lo hah?!" Ucap Rezvan dengan tatapan tajam.

"Baperan cih," Jimmi mengerucutkan bibir. "Eh btw lo main pake gitar apa piano?"

Rezvan memang pandai bermain gitar dan piano. Bahkan sejak kecil dia sudah sangat pandai dengan piano. Jimmi sampai terkesan dengan Rezvan yang bermain piano saat acara perpisahan SD.

"Main gitar aja deh. Ribet mau bawa piano kesini." Jawab Rezvan.

Jimmi hanya mengangguk.

"EH KENZIN!" Panggil Jimmi saat melihat figur Kenzin —dari jendela— yang tengah berjalan melewati kelas mereka.

Kenzin yang mendengar nama nya di panggil langsung menoleh ke arah dalam kelas. Ia melambaikan tangan dengan semangat saat melihat Jimmi yang juga melambaikan tangan kepadanya.

Rezvan memutar bola mata malas. Kenapa sahabatnya harus memanggil cewek penganggu itu? Padahal dirinya baru saja menemukan lagu bagus yang akan ia tulis dan hapalkan. Kalau ada Kenzin, pikiran nya bisa tidak fokus.

Jimmi beranjak berdiri, dia menemui Kenzin lalu menyuruh nya masuk ke kelas. Toh Pak Rahman tak akan kembali ke kelas karena ada urusan di kantor.

"Tapi Anna di kelas sendirian. Nanti dia di ganggu sama cewek-cewek sialan itu kayak tadi." Kenzin memasang wajah cemas.

Jimmi melotot, "what?! di ganggu? Sama siapa, Ken?" Tanya Jimmi penuh kekhawatiran. Tiba-tiba jantungnya berdetak dengan cepat. Apakah Anna di bully?

Kenzin tersenyum jahil. Jangan-jangan kakak kelas nya ini suka pada Anna. "Cie cieee suka Anna yaaaa."

Jimmi berdecak kesal, "gak anjir! Cuman kasian aja tuh anak di ganggu."

"Alaaahh boong niiih."

"Dih gilak lo! Gue doain gak menang tantangan!"

"IH KOK GITUUU!! JANGAN DONG!"

Jimmi tertawa. "Becanda dek! Ya udin cepetan jelasin napa tu cewek di ganggu?"

"Gue gak sempet denger penjelasan dari Anna. Tapi kata Hellen Anna tiba-tiba marah sama rombongan mereka. Nah pas gue nyampe si Hellen mau nampar Anna. Makanya gue tahan dan gue yang ribut sama Hellen. Berujung gue juga yang kena hukuman. Liat nih keringet semua badan gue." Jelas Kenzin panjang kali lebar.

Jimmi mengangguk paham. "Gak mungkin Anna tiba-tiba marah. Pasti ada alasan."

"BENER!" Ucap Kenzin seraya berlari ke kelas nya, "bye kak! Nanti lagi yaaa!" Kenzin melambaikan tangan nya.

Jimmi kembali masuk ke kelas.

"Gak jadi tuh bocah kesini?" Tanya Rezvan pada Jimmi yang baru saja duduk di sebelah nya.

Jimmi menoleh ke Rezvan. Cowok itu tersenyum jahil pada Rezvan. "Cie cieeee! Pengen kan lo dia kesini."

"Enggak anjing. Malah bagus dia gak jadi kesini." Rezvan mengerutkan alis nya. Ia kembali menulis lirik lagu nya. Malah menghiraukan Jimmi yang sekarang tertawa lepas.

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINWhere stories live. Discover now