PDH - 19

97 49 5
                                    

"Rez-" Ucapan Hellen terpotong karena kini Rezvan sudah berjalan menuju dua insan manusia tersebut. Hellen ikut berdiri, ia mencekal tangan Rezvan kuat-kuat. "Ngapain nyamperin mereka? Lo cemburu?"

Rahang Rezvan mengeras mendengar perkataan Hellen. "Gue suka sama dia anjing!"

•••

Rezvan menglepaskan tangan Hellen dengan kasar. "Tapi itu ga nutup rasa kecewa gue sama dia." Lanjut Rezvan. Nada suara cowok itu berubah menjadi lesu. Mata nya yang tadi menajam, kini sangat layu seperti daun yang akan gugur.

Hellen mengepalkan kedua tangan nya. Bahkan gadis itu menggigit bibir dalam nya diam-diam. Rasanya ia ingin menjambak rambut Kenzin, karena membuat cowok idaman Hellen menyukai Kenzin.

Hellen meredamkan rasa emosi nya. Tangan gadis itu memegang kepala belakang Rezvan, menuntun nya agar kepala cowok itu berada di pundak nya. Rezvan membiarkan Hellen yang mulai memeluknya. Dia tak bereaksi apapun.

"Ada aku disini, kenapa kakak harus suka sama dia yang jelas-jelas murahan?" Hellen terus mengusap kepala Rezvan pelan-pelan.

Rezvan diam sejenak. "Karena gue nyaman setiap bareng dia. Rasanya gue gak mau lepasin dia walau sedetik."

Hellen mengernyitkan alis, "bareng aku kak Rezvan ga nyaman? Aku disini juga berjuang buat dapetin kakak. Tapi kenapa harus Kenzin yang jadi pilihan?"

•••

Kenzin baru saja akan membuka ponsel —yang sudah di matikan selama beberapa hari terakhir— tetapi Cakra segera mencegah nya. Cakra tau bahwa sosmed Kenzin penuh dengan makian dan hinaan. Ia tak mau jika gadis itu tambah terpuruk.

Mengerti apa yang Cakra lakukan, Kenzin hanya bisa menurut. Tetapi sebenarnya Kenzin ingin sekali menelpon Anna. Sahabat nya itu seolah menghilang bak di telan bumi. Tak ada kabar dari Anna. Bahkan gadis itu seperti nya tak peduli lagi pada Kenzin.

Namun Kenzin mendapat info dari Cakra bahwa Anna sering sekali di hina sebagai teman pelacur. Beberapa murid pernah melempar nya dengan makanan busuk. Nyeri yang Kenzin rasakan saat mengetahui sahabat nya di perlakukan tidak adil.

"Udah ga usah dipikirin." Cakra mengusap puncak kepala Kenzin, "beli gulali yuk, mau ga?"

Cakra mencoba untuk menghilangkan masalah-masalah yang ada di pikiran Kenzin. Biarlah malam ini gadis berparas cantik itu menghirup udara segar tanpa beban apapun.

Kenzin mengangguk, "mauuu!" seraya mengangguk, Kenzin menarik lengan Cakra ke arah kios gulali.

Sampai disana Kenzin menunjuk gulali berbentuk doraemon. Yah walaupun bentuk nya tak sama persis seperti di TV, Kenzin tetap memilih gulali tersebut.

"Gulali yang bentuk doraemon ya, Pak." Kata Cakra pada sang bapak penjual gulali.

Penjual itu mengangguk. Tangan nya menari-nari di atas mesin gulali. Menaburkan bubuk gula lalu tangan nya mengambil sebuah lidi —berlapis kertas— panjang untuk menggulung bubuk gula yang sudah berbentuk kapas. Tangan penjual itu meliuk-liuk membentuk badan si doraemon. Setelah badan terbentuk, mata dan mulut menyusul.

Hanya beberapa menit gulali yang Kenzin inginkan selesai. Kenzin menyambut gulali doraemon sangat antusias. Bibir nya melengkung ke atas menunjukkan gigi-gigi mungil.

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINWhere stories live. Discover now