PDH - 7

136 62 3
                                    

Hayy!! Jangan lupa vote ya. Happy reading.

.
.
.
.
.

Anna menyisir rambut panjang nya yang lurus. Dia baru saja selesai mengambil wudhu. Selesai menyisir rambut, Anna memakai mukena nya —bersiap untuk beribadah. Anna tak Sholat sendirian, ayah, adik dan ibu nya juga ikut Sholat berjamaah.

Ia memiliki adik laki-laki berumur 10 tahun. Ayah nya hanya seorang satpam di SD dekat rumah —tempat adik laki-laki Anna bersekolah— Ibu nya hanya lah ibu rumah tangga.

Hidup Anna memang tak semewah Kenzin. Bahkan Anna masuk ke SMA Garuda karena beasiswa. Banyak murid yang mengatakan bahwa Anna berteman dengan Kenzin untuk menggoroti uang nya. Padahal Anna benar-benar tulus berteman dengan Kenzin.

"Assalamualaikum Warrahmatullah..."

"Assalamualaikum Warrahmatullah..."

Selesai memberi salam untuk rakaat terakhir, Edgarsyah —ayah Anna— memimpin doa setelah Sholat. Kemudian di akhiri dengan surah Al-Fatihah, Johan —adik Anna— menyalim punggung tangan ayah nya, begitupun dengan Dwi —ibu Anna— dan Anna.

"Ayo Anna bantu ibu panasin lauk untuk makan malam." Ajak Dwi pada Anna yang tengah melipat sejadah nya.

Anna mengangguk, "iya, Bu. Anna beresin mukena dulu."

Anna menyusul ibu nya ke dapur. Memasak lauk-pauk seadanya. Hanya beberapa menit saja semua siap terhidang di meja makan kecik itu. Di atas sana terhidang nasi hangat —asap nya mengepul di udara, tempe goreng renyah, dan sayur-mayur.

Sembari makan, Anna mengumpulkan niat untuk bertanya sesuatu. "Ayah, Ibu," panggil Anna.

Edgarsyah dan Dwi menoleh ke arah Anna. Gurat wajah nya seolah bertanya "kenapa nak?"

"Anna mau les." Ucap nya dengan penuh ragu.

Edgarsyah terbatuk, Dwi cepat-cepat menyuguhkan air putih. "Selama ini Anna pintar-pintar aja tanpa les." Edgarsyah berkata setelah meneguk minumnya.

Dwi mengangguk setuju, "Anna pernah kan les waktu kelas 6 SD? Nilai kamu malah turun."

Anna menghela nafas berat. "Tapi Anna akhir-akhir ini nilai nya gak bagus karena tingkatan nya lebih tinggi. Apalagi saingan Anna makin banyak," ia memperjelas.

"Nak, kita gak punya uang yang banyak kayak dulu. Kamu juga tau, buat makan aja Ayah susah nyarinya." Edgarsyah menatap Anna.

"Tap-

Edgarsyah memotong kalimat anak nya, "udahlah Anna. Jangan-jangan kamu les cuman mau main doang."  

"Anna beneran mau les, Yah." Anna sedikit meninggikan suara nya.

"ANNA!!" Edgarsyah membulatkan mata. Terkejut saat Anna meninggikan suara.

"Hiks... maaf Ayah. Anna cuman mau les." Gadis berpiama boneka beruang itu menunduk. Air matanya sudah luruh tak terbendung.

•••

Jam menunjukkan pukul 5 subuh, Kenzin sudah terbangun dari tidurnya. Mata nya sedikit bengkak karena menangis semalam. Hari ini ia memilih untuk tidak berangkat sekolah di antar supir. Jadilah ia menelpon Rezvan yang masih tertidur nyenyak.

Di seberang sana, Rezvan yang mendengar suara dering ponsel langsung mengambil nya segera. Di tatap nya nama penelpon, membuat ia berdecak kesal.

"Nih anak ngapain sih nelpon subuh-subuh gini?" Gerutu Rezvan. Cowok itu segera menarik tombol berwarna hijau ke atas.

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang