pulang ke 'rumah'

56.4K 3.4K 1
                                    

Padahal baru satu bulan Daisy meninggalkan rumah ini, dan ia sudah sangat-sangat rindu pada suasananya.

Bagaimana nanti jika ia pergi selamanya dari rumah ini?

"kamarnya pake kamar bawah ya, aku gamau kamu kecapean naik turun tangga" Daisy mengangguk saja dan membiarkan Saka membawa masuk barang-barang yang tadi di antar.

Ia duduk sebentar di sofa, rumah ini masih sepi, mungkin saja kedua mertuanya masih ada pekerjaan.

"assalamualaikum, allhamdulillah Ya Allah, Daisy kamu akhirnya pulang" Berliana datang dan segera berlari memeluk mantu kesayangannya.

Arthur pun sama, ia meletakkan tasnya ke sofa.

"akhirnya kamu pulang juga, ayah udah budeg banget denger barang pecah tiap hari" Daisy tidak paham dengan perkataan ayahnya, jadi ia hanya menyengir saja.

"ck apaan sih, kalian mending masuk ke kamar, Daisy mau istirahat" usir Saka menarik tangan Daisy ke kamarnya.

Daisy hanya pasrah, sedangkan Berliana meneriaki nama Saka dengan lantang.

"ih, gak sopan tau" cibir Daisy namun Saka hanya menyengir tidak jelas.

Sore-sore begini emang enak ya kalau rebahan. Daisy pun merebahkan tubuhnya di ranjang milik Saka.

"sekolah kamu gimana? kabar temen-temen gimana?" tanya Daisy sambil melihat langit-langit kamar Saka.

Sedangkan Saka duduk di samping Daisy, tangannya memijat kaki Daisy. Awalnya Daisy sedikit terkejut, namun ia sudah lebih rileks sekarang.

Saka selama ini mendapat info dari Aster jika Daisy menjadi lebih cepat letih.

"ya gitu aja kaya biasanya, gada kamu jadi kurang" jawab Saka jujur.

"bohong, kan ada Nara" ungkit Daisy kembali, ia juga ingin mendengar penjelasan Saka.

Pijatan di kaki Daisy berhenti, kini Saka merebahkan tubuhnya di samping Daisy. Daisy pun memiringkan tubuhnya untuk melihat Saka meskipun ini sedikit canggung.

"oke, aku jelasin sekarang ya?" Daisy mengangguk mengiyakan.

"video yang dia kirim itu bukan aku, itu editan, oh iya kejadian di kafe waktu itu aku juga beneran cuma singkirin kotoran di rambut dia, aku sama sekali gak pernah cium-cium cewek lain selain kamu" ucap Saka jujur membuat wajah Daisy memerah.

"bohong!" Daisy memukul pelan dada Saka.

"beneran, kalau gak percaya mau buktinya?" Daisy mengangguk, ia tak percaya dengan perkataan Saka.

Tiba-tiba saja Saka menarik tengkuk Daisy dan menempelkan bibir mereka, tak hanya itu, Saka melumat bibir yang sedari dulu ingin ia sentuh namun ia terlalu gengsi.

Daisy hanya diam, ia terkejut, namun setelahnya ia memejamkan matanya dan memeluk leher Saka.

Merasa mendapat lampu hijau, Saka terus melanjutkan kegiatannya sampai di rasa keduanya kehilangan oksigen, Saka melepas pagutan bibirnya dengan wajah dan kuping yang memerah.

"itu buktinya"

...

Berliana dan Arthur merasa aneh dengan suasana di meja makan kali ini. Saka san Daisy yang biasanya bertengkar kini hanya diam, mungkin karena sedikit canggung karena kemarin-kemarin ya?.

Tapi anehnya ini loh, wajah mereka sama-sama merah. Bahkan jika keduanya tak sengaja bertatapan, mereka segera mengalihkan pandangannya.

"kalian kenapa?" tanya Berliana aneh.

"gapapa!" jawab mereka berdua bersamaan, membuat keduanya kembali merasa malu.

"hayoo pasti kalian habis ngelakuin sesuatu kan?" tebak Arthur menggoda keduanya.

"engga!"

"iya!"

Jawab Saka dan Daisy bersamaan. Sontak mereka saling melihat dan berseteru seakan-akan mengatakan, 'harusnya jawab ini!'.

"udah-udah fokus makan dulu ya, acara malu-malunya nanti aja"

Mereka mendengarkan perkataan Berliana, tidak ada lagi pembicaraan saat itu.

Hanya ada suara denting sendok yang terdengar di telinga.

Selesai makan malam, mereka semua pergi ke kamarnya masing-masing.

"aku mau keluar sebentar ngecek toko, kamu mau nitip sesuatu gak?" tanya Saka mengambil jaket hitamnya.

"aku ikut!" Saka menggaruk rambut bagian belakangnya.

"gak usah ya, udah malem ini, kamu kan lagi hamil besar" ucap Saka mencoba memberi pengertian.

Padahal tujuan Saka pergi adalah ingin menghindari Daisy karena laki-laki itu malu telah mencium istrinya.

"kamu malu ya bawa aku? aku gendut ya? kayanya aku harus diet ketat" Daisy menjatuhkan bahunya, ia duduk di pinggir ranjang dan mencabut handphonenya dari charger.

"ya udah, hati-hati di jalan ya" ucap Daisy tak mau melihat Saka, Saka jadi merasa bersalah begini.

"engga, aku gak malu sama sekali, ya udah kamu boleh ikut, tapi pake jaket ya?" Daisy justru semakin sedih mendengarnya, Saka juga semakin bingung.

"aku beneran gendut?" tanya Daisy dengan air mata yang sudah bercucuran, membuat laki-laki itu paham bahwa Daisy sedang insecure.

Dulu jika Daisy menangis, laki-laki itu akan kebingungan dan mengeluarkan kata-kata tajam yang memang berisi sarat kekhawatiran.

Tapi sekarang berbeda, laki-laki bernama Saka itu menarik istrinya ke pelukannya dan mengusap pelan punggung istrinya.

"kamu gak gendut! kamu cantik selalu kok!" ujar Saka mencoba menenangkan istrinya.

"beneran?" tanya Daisy sesenggukan.

Saka mengangguk mengiyakan, ia pun merapikan rambut Daisy dan mengambil satu jaketnya untuk memakaikan di tubuh istrinya.

"aku sebenarnya gak rela bawa kamu ke sana, karyawan aku cowok semua, pasti nanti ganjen ke istri aku" entah kenapa mendengar kata-kata ini dari mulut Saka membuat Daisy sedikit geli namun ia juga salting.

Di mana Saka yang dulu selalu mengeluarkan kata-kata kasar dan selalu mengejeknya?

"apa aku bilang, aku bakalan bikin kamu nunduk sama aku! hilih dulu aja sok-sokan gamau sama aku! mamam tuh gengsi!" cibir Daisy sedangkan Saka hanya terkekeh.

Ia juga tak tahu kapan ia jatuh pada pesona seorang Daisy, yang jelas ia sudah mengangumi Daisy sedari dulu, tapi wajar saja, Saka ini tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita selain Daisy, jadi ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaanya.

....

semangat, semangat, semangat
b

eberapa chapter menuju ending mungkin ya?

paint without t [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang