1- first day back to school

Start from the beginning
                                    

Sagala menggeleng. "Bukan. Masih pdkt," terang Sagala jujur.

"HA?! Pdkt-an sebanyak ini? Jadi hubungan kita sekarang apa?" tanya gadis itu lagi.

"Hubungan kita? Oh .... Hablum minannas," jawab Sagala tanpa rasa bersalah.

"Apa lo bilang?! LO PIKIR BISA GITU, HA?! DASAR LO!!!"Gadis itu memukulinya. Disusul dengan cegil-cegil Sagala yang lain.

Cowok itu pun segera berlari menghindari pukulan itu. Sementara di tempat yang tak terlalu jauh dari tempat Sagala tadi ada tiga orang yang memandangnya dengan muka bahagia.

"Mampus! Pantes tuh anak digituin sama cewe-cewenya sendiri." Rakha tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Emang. Dasar playboy kelas kakap! Seneng banget gue liat dia dikejar-kejar gitu." Sakti ikut-ikutan.

"Kan emang itu yang dia mau, biasalah!" Marvin menambahi.

Rakha melihat jam di tangannya. "Damn! Udah mau masuk. Si bos belum datang?" tanya Rakha pada kedua sahabatnya.

"Belum, mungkin masih di jalan. Tunggu ajalah. Mending sekarang nyusulin Theo sama Sakha yang di perpus. Ga cape apa liat temen lo yang dua itu baca buku mulu?" saran Sakti.

"Iya, hari pertama sekolah bukannya ngabisin waktu bareng kita malah nyariin perpus. Kaya lari aja itu tempat kalo gak didatengin sehari," sambung Marvin.

"Pantes goblok. Baca buku aja males," ketus seseorang di belakang mereka.

Spontan ketiganya berbalik dan mendapati Sakha juga Theo yang baru kembali dari perpustakaan. Ketiganya langsung menelan saliva susah payah kala menatap mata tajam Sakha.

Cowok dingin itu sekalinya ngomong jleb banget sampai ke tulang.

Sakha Adrian Pramana, sering dipanggil Sakha atau waketu sama teman-teman dekatnya. Wakil ketua Ravegas yang dikenal dingin, cuek dan nyelekit omongannya. Sering dituduh 'homo' karena gak pernah pacaran sama sekali.

"Gimana kabar lo pada?" tanya Theo, perhatian seraya mengulurkan kepalan tangan untuk tos.

"Baik, Bro." Rakha menyambut duluan.

"Alah, Monyet! Gegayaan lo berdua baru aja semalam jumpa di markas udah kaya ga jumpa sepuluh semester aja!" hardik Marvin.

"Berisik lu, Ah! Yang banyak omong ga diajak," ejek Sakti menoyor kepala Marvin kesal.

Theo seperti mencari sesuatu. Entah apa itu. Tapi tampak dari gelagatnya yang celingak-celinguk. "Sagala mana?"

"Gala? Biasalah. Lo kaya gak tau anak itu aja. Udah pasti lagi ngurusin cegil-cegilnya yang sibuk ngejerin dia tadi," terang Marvin.

"Aksa? Dia belum dateng?"

"Belum, Yo. Bolos mungkin." Rakha menaikkan kedua bahunya tak paham.

"Yaudah, ayo balik kelas. Bentar lagi masuk jangan ada lagi yang diluar kelas abis ini."

"Ah gak asik—" Seketika Marvin terdiam begitu bersitatap dengan Sakha. "M—Maksud gue, ga asik soalnya Sagala gak ikutan masuk. Gitu!"

"Tatapan serem amat kaya serigala," gumam Marvin, sepelan mungkin. Sakha yang masih dapat mendengarnya langsung menyentil rambut Marvin.

"Gue denger."

"FUCK! MY BEAUTIFUL HAIR!!" Marvin lari menjauh teman-temannya sambil menangis karena rambut berharganya disentuh orang lain. Hal yang paling tidak dia sukai.

Tanpa mempedulikan mereka, keempat orang itu pun berjalan memasuki kelas.

Sepanjang jalan tatapan orang-orang tak berhenti pada mereka semua. Kagum, takut, segan semua menjadi satu.

AKSARAWhere stories live. Discover now