Di Antara Surga dan Neraka (5)

6.5K 186 50
                                    

ACARA SAYA SAMPAI 4 HARI dan baru kelar kemarin -_-!!!
Karena budget yang 'pas-pasan' dari saya dan pasangan, kami harus putar otak bagaimana cara menempatkan dana di pos-pos yang perlu dan semuanya serba kami yang atur... plusnya adalah budget yang harut kami keluarkan jauh lebih sedikit dibanding orang kebanyakan, minusnya adalah karena acara kami tidak pakai tenda, jadinya kami harus atur tempat dan waktu yang tepat. Mohon maaf ya!! Mohon dimaklumi, karena semuanya serba kami sendiri.. Nih saya lanjutin!! Janji adalah janji!!

.

.

.

Episode sebelumnya,
.
.
.
"Ya kenapa harus 'atau'? Kamu mau ke rumah perempuan itu dulu ya?" Tanya Anaya datar menyembunyikannya emosinya. Mau bagaimana pun Anaya masih sama. Ia tetap tidak menerima kenyataan bahwa ada keberadaan perempuan dan keluarga lain dari suaminya. Yang harusnya hanya dirinya dan anak yang ia kandunglah menjadi satu-satunya keluarga bagi Fakhri.

Fakhri menghela nafas. Ia memanggil kesabarannya untuk tetap 'bangun'. Fakhri tahu bahwa Anaya hanya cemburu. Pasti juga jarena lonjakan emosi saat mengandung, tapi Fakhri lagi-lagi merasa tak mau terjebak pada 'perintah' Anaya. Ego seperti malam yang lalu hingga membawanya ke rumah Ziyah kembali muncul. Ia merasa perlu membuat Anaya tahu posisi Fakhri sebagai suaminya yang harus ditaati oleh Anaya.

"Nay, namanya Ziyah. Bukan 'perempuan itu'. Dia ibu dari anak-anakku, sama juga dengan kamu yang jadi istriku dan ibu dari anakku" tutur Fakhri menekan intonasinya dan berusaha untuk merendahkan tutur bicaranya.

Anaya mengeryit heran.

"Apa kamu bilang mas?" Tanya Anaya pada Fakhri.

"Sudahlah.. aku tidak mau berdebat. Kamu apa tidak rindu padaku? Aku sangat merindukanmu dan anak kita... tolong, jangan buat kita berdebat seperti ini..." ujar Fakhri yang meminta agar Anaya tidak memancing keributan antara mereka.

Anaya diam seakan mengambil jeda dan berpikir, bahwa seharusnya ia lebih tenang menghadapi suaminya dan keadaan yang memang sudah terjadi.

"Iya mas... maaf.. aku cuma mau memastikan sesuatu.." ujar Anaya.

"Okey... love you..." ujar Fakhri yang kemudian disusul dengan panggilan yang tertutup.

*****
=
=
=

===============================
=======================
================
.
Lanjutan,
.
.
.
.
.
.
Ziyah sudah ada di rumah selepas Ashar. Dia bersyukur tidak harus mengantre karena memang sedang sepi antrean. Terlebih, Ara tidak rewel sama sekali. Kini, ia hanya perlu bersantai sambil menemani Ara menonton kartun kesukaan Ara. Ara sudah mandi dan bahkan Ziyah juga sudah menyiapkan makanan untuk Fakhri. Ia sudah memakai setelan yang nyaman untuk bersantai saat sore, khas ibu-ibu rumahan yang menunggu suaminya pulang kerja.

"Sebentar ya Ara, Bunda ke kamar dulu sebentar.." kata Ziyah.

Ziyah segera beranjak ke kamarnya dan mengambil surat keterangan mengenai kehamilannya. Ia benar-benar tidak sabar menunjukkannya pada suaminya, Fakhri. Di kertas itu berisi keterangan bahwa ia benar-benar sedang mengandung.

Ziyah segera menuju ruang tv. Ara tampak masih bermain dengan mainannya sambil ditemani suara video kartun yang menyala. Ia letakkan surat keterangan itu di atas meja dan menemani Ara kembali di sampingnya.

Tok tok tok....
Tok tok tok....

Suara ketujan pintu terdengar.

'Lho, kata Mas Fakhri dia ke sini sekitar maghrib... Ini masih jam 4 sore.. Siapa ya...' batin Ziyah penasaran.

Ziyah meraih Ara dan menggendongnya. Langkahnya hendak berhenti saat melihat siapa yang datang dari jendela yang gordennya ia ikat.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang