Ikhlas

3.3K 160 3
                                    

"Mas, punya gunting? Aku butuh.." tanya Ziyah pada Fakhri yang sedang bersiap untuk pergi.

"Ada di rak meja dekat TV. Jangan lupa dikembalikan lagi ke tempatnya.. Anaya gak suka ada barang yang berantakan dan tidak sesuai tempatnya" kata Fakhri.

"Oh.. iya.." Kata Ziyah kemudian Ziyah segera beranjak mengambil gunting yang ia cari, namun matanya lebih tertarik pada sebuah kotak yang ia pikir adalah cincin. Tepat, itu sebuah cincin. Ziyah bertanya-tanya itu milik siapa, sedangkan jelas terlihat cincin yang ia temukan ini jelas-jelas bukan cincin kebanyakan.

"Pasti mahal" batin Ziyah.

"Kenapa Ziyah?" tiba-tiba suara Fakhri mengagetkan Ziyah.

"Oh.. ini mas.. Cincin siapa ya? Kok ditaruh sini.. Kan bahaya kalau sampai hilang..." tutur Ziyah.

"Cincin Anaya" jawab Fakhri.

"Oh" gumam Ziyah yang mulai kembali cemburu saat menilai bahwa cincin itu jauh lebih bagus daripafa miliknya.

"Itu bukan dariku.. tapi dari bosnya" ungkap Fakhri seperti ia paham yang sedang dipikirkan Ziyah yang tampak mulai cemburu.

"Bosnya Mbak Anaya? Baik banget mas..?" kata Ziyah heran.

"Ya karena memang dia sempat suka Anaya.." kata Fakhri sambil memeriksa isi tasnya memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Orang yang kemarin bersama Mbak Anaya itu?" tebak Ziyah.

Fakhri hanya memandang Ziyah tanpa suara seperti mengisyaratkan agar Ziyah tidak banyak tanya karena Ziyah tidak perlu tahu.

Tangan Ziyah diraih oleh Fakhri dan membuat Ziyah untuk mengecup tangannya sebagai tanda menghormati suaminya. Senyuman Ziyah mengembang saat Fakhri mencium kening Ziyah. Fakhri beranjak pergi setelah pamit dengan Ara.

Selepas kepergian Fakhri, Ziyah segera bersiap untuk keluar rumah dan tidak lupa untuk meminta izin kepada suaminya. Yang Ziyah tuju adalah hotel yang ditempati orang tuanya. Ziyah ingin menitipkan Ara sebentar ke orang tuanya karena ia ada urusan yang harus segera dilaksanakan.

========================

Mobil hitam Indra sudah terparkir dengan baik di basement dan Indra sedikit mempercepat langkahnya agar segera sampai ruangannya. Secara tidak sengaja Indra masuk lift dengan seorang wanita yang sepertinya tidak asing baginya. Perempuan itu memencet lantai 7, sedangkan Indra langsung memencet lantai 16. Jilbab perempuan itu yang berwarna abu-abu dan gamis hijau tuanya sedikit membuat Indra tersadar.

"Maaf.. Anda perempuan yang saya lihat bersama Fakhri kemarin bukan?" Tanya Indra pada perempuan itu.

Perempuan di depan Indra itu tersenyum, "Ya.. Saya Ziyah.." kata Ziyah sambil mengatupkan tangannya.

"Wait wait... Ada keperluan apa ya Anda ke sini?" selidik Indra.

"Ehm... Anda yang kemarin bersama Mbak Anaya bukan?" tanya balik Ziyah.

"Ini.." Indra yang masih penasaran tentang alasan perempuan di depannya itu datang ke kantornya, maka bertambah lagi herannya dengan maksud perempuan itu menyodorkan kotak cincin yang pernah Indra berikan kepada Anaya.

"Ini kan.." Indra langsung mengambil kotak cincin itu dan memeriksanya.

"Bagaimana ini bisa ada di tangan Anda? Kenapa Anda punya barang yang saya berikan kepada Anaya?" Tanya Indra masih berusaha lugas.

"Saya menemukannya.. Dan mungkin akan lebih baik saya kembalikan kepada orang yang memberikannya dibandingkan barang ini ditemukan orang lain dan dijual.. Saya sudah cukup baik hati mengembalikan ini pada Anda kan?" kata Ziyah.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang