Melepas Rindu

3.4K 189 15
                                    

Indra masih berada di parkiran mobil saat melihat Anaya dan Fakhri berjalan menuju mobil Fakhri. Indra yang sedang di dalam mobil melihat dengan jelas bagaimana senyum Anaya merekah pada saat menatap suami yang disayanginya itu, Fakhri. Laki-laki beruntung yang teramat brengsek menurut Indra.

Mata Indra menatap tajam kebersamaan mereka dengan rasa sakit yang terus menghujam di dalam batinnya. Indra tidak habis pikir bagaimana bisa wanita cerdas seperti Anaya bisa menjadi begitu bodoh hanya karena laki-laki pembohong itu.

Indra lagi-lagi hanya bisa menatap kepergian Anaya begitu saja. Indra tidak kuasa mengungkapkan segala perasaannya pada Anaya, terlebih Anaya masih berstatus istri dari Fakhri. Selain itu Indra juga merasa mustahil mendapatkan Anaya yang jelas-jelas akan lebih memilih Fakhri dibanding dirinya.

Indra meraih handphone-nya dan mulai menghubungi Roy, orang kepercayaan Indra sekaligus orang terdekatnya.

"Roy, bisa urus keberangkatanku? Aku ingin segera berangkat.. Kalau perlu malam ini juga.." tutur Indra datar, sementara suara di seberang telfon merutuki Indra dan meprotes intruksi Indra yang terkesan seenaknya.

"Thanks Roy.." kata Indra yang tidak mengindahkan suara protes Roy dan langsung menutup sambungan telfon.

"Bye Nay.." ucap Indra lirih

=================================

Indra sudah bersiap untuk pamit pada orang tuanya. Bukan hal baru bagi orang tuanya untuk ditinggal jauh oleh Indra.

"Mama sama Papa kok gak tidur?" tanya Indra saat mengetahui kedua orang tuanya masih terjaga.

"Kita rencananya mau anter kamu Ndra.." tutur Pak Cokro.

"Tumben..." kata Indra sambil memandang heran kedua orangnya.

"Soalnya anak mama lagi patah hati.. Jangan sampai nanti pamitnya ke Swiss, eh beloknya ke arah lain..." ujar Bu Cokro yang sangat menikmati menggoda anaknya.

Indra tersenyum geli mendengar pernyataan Bu Cokro.

"Indra kan ke Swiss buat kerja... Udah niat banget nih, eh dicurigai kayak gini.. Aku ini bukan anak kecil Ma, Pa, udah gede gini,, gak perlu repot-repot... beneran deh.." cengir Indra yang langsung membuat Bu Cokro gemas dan memukul ringan lengan anaknya.

"Aw! Sakit ma!" ucap Indra lebay. Indra sengaja berteriak kecil untuk memancing senyum mamanya yang masih tampak cantik itu.

"Udah-udah, berangkat yuk.." ucap Pak Cokro yang kemudian membuat ketiganya masuk ke dalam mobil.

Indra lebih memilih untuk duduk di samping sopir, sementara papa dan mamanya duduk di kursi penumpang.

"Kok gak di belakang sini sih Ndra.." omel Bu Cokro.

"Ayolah ma.. aku dah gede gini... gimana bisa nyempil di tengah kalian... Kalau badanku kurus kering mah bisa aja.." ucap Indra sedikit ngotot karena permintaan aneh mamanya itu.

"Iya kamu nih ma.. Udah deh, masalah tempat duduk aja.. kalau ribet nanti si Indra terlambat.. Jalan Ton.." kata Pak Cokro pada sopirnya yang masih tampak muda, mungkin usianya hanya lebih tua sedikit dari Indra.

Bu Cokro yang mendengar Pak Cokro berkata demikian, kemudian Bu Cokro lebih memilih diam dan memaklumi pernyataan suaminya.

"Baik Pak.." ucap Anton mengiyakan perintah atasannya itu.

Anton yang sudah paham tujuan bosnya itu langsung melaju ke bandara kota. 

"Kamu sudah pamit ke Anaya?" tanya Pak Cokro tiba-tiba. Mimik Pak Cokro tampak jelas ingin menggoda anaknya.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang