Mengambil Asa (Part 1)

3.1K 173 11
                                    

Pukul 6 pagi, Ziyah sudah mulai berbelanja sayur-sayuran dan beberapa bahan masakan. Ada pasar mini di dekat kompleks tempat tinggal Ziyah.

"Bu Ziyah... Yang sering ke rumah itu ayahnya Ara ya?" Kata seorang ibu-ibu sedikit gemuk. Kaca mata perempuan itu sedikit tebal.

"Iya Bu Linda..." jawab Ziyah sambil memilah-milah sayuran yang akan ia masak untuk makan siang bersama Fakhri.

"Kerjaan ayahnya Ara apa sih Mbak, kok pas acara syukuran adiknya Bram kemarin gak datang...?" tanya seorang ibu-ibu lainnya. Paras perempuan yang bertanya pada Ziyah itu cukup cantik dan usianya masih muda.

"Suami saya kerja di daerah pusat kota Mbak Sita, hanya saja suami saya sering dapat shift malam..." jawab Ziyah sedikit berbohong. Ziyah mulai merasa tidak nyaman.

"Satpam gitu mbak? Di daerah mananya.." tanya ibu-ibu muda lainnya.

"Satpam gimana, orang suaminya Dek Ziyah ini bawa mobil segala, terus aku sering lihat pakaiannya juga rapi begitu tiap datang.." Kata Bu Rindang. Ibu-ibu pensiunan PNS itu ikut masuk ke dalam obrolan. Rumah Bu Rindang yang berada tepat di sebarang rumahnya tentu menyadari bagaimana penampilan Mas Fakhri saat datang.

Ziyah mulai berhati-hati dalam menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan para tetangga. Ia mulai mempercepat waktu belanjanya, bahkan mengabaikan beberapa bahan makanan atau bumbu yang seharusnya ia beli karena stok di dapur yang mulai menipis. "Ah, bisa beli besok atau ke toko besar nanti saat Mas Fakhri pulang.. Atau titip mas sekalian" batin Ziyah.

"Iya memang kalau di rumah hanya tukar dan ambil pakaian saja, selain nemenin Ara... Untung juga suami saya dapat shift malam, kalau begitu kan bisa nemenin Ara main.." tutur Ziyah bohong.

"Eh iya.. benar juga.. Alhamdulillah kalau begitu ya Mbak Ziyah..." Ujar Mbak Sita.

"Hari Sabtu depan ada acara bulanan di gang kita ini Dek Ziyah ini.. Kebetulan di rumah saya acaranya.. Mulai pagi kita masak-masak yang ibu-ibu ini yah...!?" ujar Bu Rindang yang seolah meminta dukungan ibu-ibu lainnya untuk mengiyakan perkataannya.

"Yang ibu-ibu arisan... kalau yang bapak-bapak ngurusin bakar-bakar ayam atau ikan laut.. Ikut ya? Bulan lalu kan Dek Ziyah belum sempat ikut" lanjut Bu Rindang.

"Saya tanya suami saya dulu ya Bu.." ujar Ziyah.

"Dibujuk dong suaminya Mbak.. Biar pada kenal juga siapa dan gimana ayahnya Ara.." kata ibu-ibu lain. 

Ziyah tersenyum dan segera pamit meninggalkan tempat belanja.

=============================

.

.

Langkah Fakhri berderap di lorong kantornya. Ternyata masih ada beberapa orang temannya yang masih lembur, padahal jam kantor berakhir pukul 3 sore.

"Kok masih di sini kalian?" Tanya Fakhri saat masuk ke dalam ruangan kerja kantornya.

Kantornya memang tidak besar, hanya ada 2 ruang meeting, 4 toilet, 1 ruang kerja bersama, 1 ruang santai, 1 mushola, dan 1 ruang tamu dengan bilik resepsionis di depannya. Tidak lupa ada lahan parkir berukuran tidak terlalu besar sehingga hanya mampu memuat 5-7 mobil dan taman kecil yang asri di dekat tempat parkir.

"Iya Bos.. Santai aja.. ngopi gini... Mau Ri?" tawar Aden yang diiyakan oleh Fakhri.

"Kok kayaknya kusut gitu? Kamu kenapa sih bro? Eh, gimana kabarnya Anaya?" ujar Arya.

"Istrimu yang satunya juga, gimana kabarnya?" tanya Aden.

"...." Fakhri diam. Dia seperti malas menjawab.

Kesempatan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang