60

25K 4.7K 1.3K
                                    


karena aku postnya lama, kukasih panjang kok tenang.







60. Gatau mau nulis judul apa






Sejak dulu Elia sering bertanya-tanya, apakah suatu saat nanti akan ada sosok dalam kehidupannya yang membuat hidup Elia berwarna seperti bunda yang memiliki papah.

Elia jarang memiliki kisah yang mulus dalam hubungannya, bisa dilihat seperti apa kelakuan mantan-mantannya. Ada yang kelakuannya kayak psikopat, ada yang tukang selingkuh, ada juga yang menjadikannya taruhan.

Awalnya Elia berfikir, apakah ada yang salah dengan dirinya? Apakah dia sekurang itu sampai harus mengalami hal hal naas tersebut. Apakah Elia tidak pantas mendapatkan kebahagiaan?

Sampai dia bertemu mereka. Mengenal Jevan, Nichol, dan keluarga lain. Membuatnya sadar bahwa ia dihargai dan keberadaannya disadari.



"Tante Elia cepetan sini!!!"

Elia tersadar dari lamunannya, ia menunduk menatap piring berisi kentang di tangannya. Sadar sempat melamun ketika hendak masuk kamar sebab melihat Nichol dan Jevan mengobrol.

"Makanan dateng!!!" Elia tersenyum lebar, duduk di tengah-tengah mereka. "Punya Jevan aku pisahin ya yang tanpa bumbu, pedes soalnya."

"Sebenernya aku kuat-kuat aja sih pedes," Jevan mencomot kentang miliknya.

"Janggan sayangku, yang ini bumbunya pedes," ucap Elia. Ia melirik Nichol yang sedang bermain hp. "Makan dulu, Nic."

"Iya duluan,"

"Ini loh masih panas,"

"Ya ya bentar,"

"Susah ngomong sama Papah," ucap Jevan. "Kita abisin aja."

"Au tuh," cibir Elia sambil mencomot kentangnya. "Besok lagi aku beliin kentang yang merek Riesta aja, lebih enak rasanya."

"Ini juga enak kok,"

"Ini tuh teksturnya terlalu gimana ya, kurang enak dikunyah gitu," gumam Elia. "Apa karena lama di freezer?"

"Emang udah lama nggak dikeluarin," jawab Jevan. "Terakhir Jevan makan waktu Dika sama Kia ke sini."

"Eh mereka apa kabar? Udah lama nggak ketemu loh,"

"Sekarang mereka sewa mobil jemput jadi udah nggak bareng lagi kalo pulang," jawab Jevan. "Kan rumah mereka pindah."

"Loh? Dika sama Kia rumahnya bareng?"

"Enggak, Kia yang pindah di deket rumah Dika."

"Gitu?"

"Heem,"

"Jadi nggak bisa main sepedaan dong?"

"Bisa sih... cuman agak jauh, jadi harus aku yang ke sana,"

Elia mengangguk paham. "Aku juga punya sahabat, dulu tiap pulang sekolah naik sepedaan mulu ngukurin jalan, sampe kalo pulang bunda aku nunggu di luar sambil bawa sapu lidi."

Jevan langsung tertawa, sementara Nichol melirik sekilas sambil mendengus geli. "Dipukulin nggak?"

"Nggak lah, orang aku kabur duluan, sampe semua tetangga ikur heboh ngejar," ucap Elia. "Dulu aku masih kecil, Abel masih se kamu sekarang nih."

"Berarti adek yang paling kecil belum lahir?"

"Belum dong, masih di perut bunda aku,"

"Mamahnya Kia juga galak banget, aku sampe nggak boleh masuk rumah dia waktu itu,"

212 Days ( AS 9 )Where stories live. Discover now