sembilan belas

18.7K 4.7K 1.4K
                                    




kangen gaa loeh


















19. Sayang.



"Eh Kak El,"

Elia berhenti di depan rumah setelah selesai lari pagi, ia melambaikan tangan pada teman Nichol si Hendry. "Mau kerja, ya?"

"Enggak sih, eh kalo gue iya, si Nichol libur dulu," jawab Hendry berjalan menuju mobilnya.

"Tumbenan dia, biasanya kalo pagi udah rapi banget kayak mau ketemu presiden,"

Hendry tertawa. "Kebetulan presidennya lagi healing jadi Nichol ikutan libur,"

"Oh gitu," Elia mengangguk. "Sama sama healing jadinya?"

"Bener," Hendry tertawa lagi. "Kak Elia gimana? Kerjaan aman? Gue denger punya olshop gede, ya? Kak Yuna yang cerita,"

"Ya nggak gede gede amat, tapi jarang ke pabrik nih, tuan rumahnya strict abis," bisik Elia bergurau. "Gue keluar nutup pintu aja disinisin."

"Udah kayak Mamah gue dulu nih, apa-apa nggak boleh,"

"Makanya," dengus Elia. "Ini juga abis ini anter Jevan sekolah."

"Sibuk banget udah,"

"Banget Hen, tolong dong rekomendasi tempat healing,"

"Coba tanya Presiden,"

Elia terbahak langsung. "Lewat mana, ya? Wakilnya?"

"Sama gue aja Kak tar disampeiin kalo papasan di jalan," jawab Hendry menyahut dengan cepat.

"Bestian apa gimana nih??"

"Enggak, dulu kebetulan pas jogging satu arena,"

"Langsung merasa dekat, ya."

"Ohiya jelas, curhat ke twitter langsung, diajakin lari pagi sama presiden, mau nolak takut ilang."

Elia tertawa kencang. "Kayaknya kita abis ini ilang," celetuknya membuat mereka tertawa lagi.

Hendry langsung merasa konek karena baru kali ini nyaman mengobrol dengan orang yang disewa oleh Nichol. Sebenernya dari awal dia langsung percaya kalo Eli berbeda, tidak jaga image dan apa adanya. Jadi dari awal orang tau karakternya seperti apa.

"Semoga lancar deh sama Jevan, gue mau kerja dulu,"

"Take care ya, jangan lupa kalo papasan,"

"Siap!" Hendry sudah masuk ke dalam mobil, ia sempat membuka kaca mobil untuk bicara lagi. "Kak," panggilnya.

Elia menoleh. "Gimana?"

"Nggak usah khawatir sama keluarga ini, kita kalo udah srek sama satu orang, hidup dia bisa terjamin kok," ucapnya. "Ya walaupun tanpa kita Kak Elia nggak ada kendala hidup."

"Maksudnya gimana nih?" Elia terkekeh.

"Nichol serius cari Mamah, Kak Elia juga udah tau alesannya kan?" tanyanya membuat Elia diam. "Baru Kak Elia yang berhasil sejauh ini, jadi kita mulai berharap banyak."

"Jujur gue masih nggak yakin," Elia mengangkat bahu.

"Kan masih ada waktu buat ngeyakinin diri, siapa tau bisa buka hati Nichol juga,"

"Apaan?" Elia tertawa. "Digembok itu, udah susah dibuka."

"Ancurin aja nggak sih? Kalo perlu dobrak,"

Elia mendengus geli. "Yang Jevan aja belum kelar, masa udah ada tugas lain. Bayaran tambah dong,"

"Aaaaa siap!" Hendry mengacungkan jempol. "Yang ini bisa kok buat kontraknya sama gue kalo mau, ditunggu kabarnya ya."

212 Days ( AS 9 )Where stories live. Discover now