54

19.7K 5.4K 2.7K
                                    



malem cinta. kgn nichol yh







54. Sayang.



Elia berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit setelah bertanya dimana letak ruang rawat Nichol. Ketika sampai di lantai 6 ia menarik napas dalam untuk menguasai dirinya.

Ia mengetuk pintu ruangan yang ukurannya lumayan besar itu, membukanya dan masuk ke dalam. Suasana terdengar sangat sunyi saat ia melangkah masuk. Rupanya Jevan sedang tertidur di kasur kecil samping Nichol.

Seperti ada yang mengiris hatinya saat ia melihat Nichol berbaring lemas di atas ranjang putih dengan berbagai alat yang tertempel di tubuhnya. Pasti pria itu sangat kesakitan.

"Gue mikir yang enggak-enggak duluan," Elia mengusap wajahnya dengan rasa bersalah.

Beberapa menit kemudian Hendry muncul lagi dengan tas baru karena selama ini Jevan tidak mau pulang ke rumah atau sekolah dan memilih menemani papahnya di rumah sakit. Jadi dia yang pulang mengambilkan baju-baju baru.

"Masih di sini, Kak?"

Elia beranjak dari kursi. "Itu apa?"

"Baju Jevan nih, anaknya masih tidur dari tadi," ucap Hendry. "Barusan aja Kakek Han sama Kak Yuna pulang."

"Ini nggak papa lebih dari satu orang masuk?"

"Nggak papa lah,"

"Keadaan dia gimana?" tanya Elia sambil menggigit bawah bibirnya. "Kenapa nggak ada yang ngabarin gue sama sekali... coba gue nggak mampir tadi,"

"Ya maaf Kak," Hendry jadi tidak enak. "Gue agak sibuk ngurus lahiran temen kemaren, tiba-tiba Nichol drop jadi kita nggak sempet ngabarin, Jevan juga nangis mulu dari kemarin sampe susah makan."

"Dokter bilang apa?"

"Ya udah nggak papa, cuman drop aja karena banyak pikiran," jawab Hendry. "Tinggal nunggu dikirim makan malem aja, harusnya sih udah dateng ya, biar gue tanyaiin dulu."

"Terus temen lo yang lahiran itu gimana?"

"Tuh di ruang sebelah, gue mondar-mandir nih ceritanya,"

"Yaudah temenin dia dulu, biar ini gue yang urus," jawab Elia menepuk bahu Hendry.

"Makasih ya, nanti langsung bilang perawatnya aja atas nama Nichol, pada langsung paham kok."

"Okey,"

"Btw Jevan belum makan juga,"

"Iya tar gue beliin," jawab Elia. Ia menutup pintu saat Hendry sudah keluar. Kemudian masuk ke dalam lagi sambil meletakkan tasnya di meja.

Saat hendak pergi tiba-tiba tangannya dicekal membuat Elia menoleh kaget. Terkejut melihat Nichol sudah membuka matanya.


Kok dia bingung ya mau ngomong apa?


Terakhir kali mereka tidak dalam keadaan akur. Ya Elia aja sih yang agak sewotan.

"Hai?"

Bodoh. Elia bodoh.


"Dari kapan?" tanya Nichol dengan suara seraknya. Ia melirik Jevan yang masih tertidur. "Dia belum makan."

"Iya ini mau beliin," jawab Elia. "Punya eung... kamu juga."

"Biar suster aja, jauh,"

"Nggak papa sih sekalian beli makan buat Jevan juga," jawab Elia. Menunduk melihat tangannya yang masih digenggam Nichol.

"Yaudah,"

"Oke..."

Suasana hening.

Elia berdeham canggung. "Lepasin dulu," katanya pelan. Nichol menoleh dan membuka genggamannya jadi Elia segera menarik tangan dan menautkannya.

212 Days ( AS 9 )Where stories live. Discover now