43

20.7K 5.1K 2.1K
                                    


kalo mau dapet info update akurat di ig aku ya @salwaliya_ kadang suka ga kasih tau di wattpad. jd pantengin aja story sy.








43. Papah



Hendry : udah dapet nama polisinya



Nichol meraih tangan Jevan untuk mengambil alih tasnya. "Ayo pulang," ajaknya diiyakan saja oleh Jevan yang sedang bahagia menerima hadiah Ipad dari sekolah.

"Nggak perlu minta Papah lagi soalnya nggak dibeliin," cibir Jevan.

Nichol pun mendengus. "Harus belajar meraih sesuatu dengan usaha," katanya.

"Siap, Om."

Nichol terkekeh kecil, mencubit pelan telinga putranya. Setelah dekat di mobil ia melihat sekitar dulu, perasaan tadi Elia di belakangnya. Ternyata cewek itu sedang bicara dengan seseorang berkemeja kotak-kotak di depan gerbang yang sedang menggendong anak kecil.

Seseorang itu lelaki. Terasa tak asing, entah siapa.

"Tante mana?" tanya Jevan ikut melihat sekitar.

"Masuk dulu kamu," suruhnya masih menatap ke arah sana. Tak tau topik apa yang menarik sampai larut dalam obrolan.

Nichol menghembuskan napas kasar tanpa ia sadari. Pria itu menunduk sambil mengusap hidungnya, lalu membuka pintu mobil masih dengan tatapan yang sama ke arah gerbang.

Tak butuh waktu lama untuk Elia menyadari ada yang sedang menatapnya, barulah Nichol masuk ke dalam mobil disusul Elia yang berlari kecil masuk.

"Ayo kita pulangg,"

"Abis dari mana?" tanya Jevan.

"Ohhh itu loh tadi ada kenalan aku ternyata adeknya sekolah sini juga," jawab Elia. Ia menatap Nichol yang sedang menyetir. "Inget nggak kurir kebab yang waktu itu dateng ke apart?"

Nichol melirik malas seakan mengatakan dia tidak peduli dan tertarik. "Nggak tau,"

"Yah pelupa," cibir Elia. "Dunia sempit, ya."

"Kalo sempit kamu nggak bakal muat,"

"Maksudnya tuh kita bisa ketemu orang secara kebetulan gitu loh,"

"Nggak juga,"

"Susah banget diajak omong,"

"Kamu yang berlebihan."

Elia menganga heran, tak mau meladeni ia memilih memasang sabuk pengaman. Menoleh melihat Jevan sambil tersenyum. "Cieeee dapet Ipad baruuu!"

Jevan tersenyum miring. "Aku pantes dapetin ini,"

"Udah nggak perlu mohon-mohon ke Papah ya, Van?"

"Kata Papah raih sesuatu harus ada usahanya,"

"Widihhh," Elia berseru menyoraki.

"Lah bener, salah?" tanya Nichol.

"Bener kok bener siap," Elia mengacungkan jempol. "Eh turunin saya ke rumah Mamah aja deh, kalian hari ini pulang kan? Ada barang yang masih di rumah?"

Mereka diam.

Elia menoleh karena tak kunjung dapat jawaban, ia pun terkekeh. "Tenang saya aman kok, kamu malah yang nggak aman abis bilang kayak gitu ke dia."

Nichol sontak berdecih. "Kenapa saya nggak aman? Cuma butiran debu kayak dia," ledeknya.

"Yang kuat bukan Biska, tapi orang-orangnya,"

212 Days ( AS 9 )Where stories live. Discover now