CHAPTER - 31

170 15 15
                                    

The Hiraeth

🌻🌻🌻
.
.
.

"Harus sekali, ya, kau mengatakan itu di depan Soohyun?"

Hoseok berujar penuh kekesalan sesaat setelah Soohyun pergi meninggalkan kami. Gadis itu memang bukan mahasiswi dari kampus ini, atau lebih tepatnya ia memang tidak melanjutkan pendidikan. Hanya sampai sekolah menengah atas. Tak memiliki biaya lebih untuk melanjutkan sampai Universitas. Soohyun memang bukan berasal dari keluarga yang berada. Ia bahkan harus berjuang sendiri untuk biaya hidupnya di Seoul. Belum lagi harus mengirimkan uang pada Ibu-nya di Daegu. Sementara Ayahnya, entah kapan akan dikeluarkan dari balik jeruji besi atas kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Aku dan Soohyun sudah mengenal sejak kecil, berteman baik. Awalnya begitu, sampai dimana Soohyun secara tiba-tiba menyatakan perasaannya padaku. Ia bilang ia jatuh cinta. Aku terkejut, tentu saja. Tak pernah menduga ia akan memiliki perasaan semacam itu padaku. Mungkin, perhatian yang selama ini aku berikan padanya membuatnya salah paham. Aku merasa bersalah untuk itu.

Aku memberinya pengertian dengan mengatakan, aku sungguh menghargai perasaanya itu. Tetapi, aku pun harus meminta maaf karena aku tak bisa membalas perasaannya. Jujur, aku menyayanginya, tetapi hanya sebatas rasa sayang dari sahabat untuk sahabatnya, tidak lebih.

Awalnya, Soohyun mengerti. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini obsesinya padaku muncul lagi. Sampai akhirnya aku memilih untuk menjaga jarak darinya. Tidak benar-benar menjauh, hanya memberi jarak agar ia segera sadar kami tak mungkin bisa bersama diluar dari kata persahabatan.

Menjaga jarak darinya bukan berarti aku berhenti peduli padanya. Walau bagaimana pun ia sahabatku. Terlebih, aku dan Soohyun memiliki mimpi yang sama. Iya, gadis itu pun bercita-cita ingin menjadi seorang Produser Musik. Akan tetapi, ia belum seberuntung aku. Soohyun masih perlu berusaha lebih keras untuk dapat meyakinkan sang petinggi Hybe Labels untuk menjadikanya Produser Musik tetap disana. Tentu, aku membantunya untuk sampai kesana. Tak pernah menyerah untuk terus meyakinkan Bang PD-Nim bahwasanya musik dan lagu-lagu garapan Soohyun pun pantas diperhitungkan.

Aku pun cukup bangga padanya, karena walaupun sudah sering mendapat penolakan, Soohyun tak pernah menyerah. Ia terus berusaha untuk bisa membuktinya keahliannya itu. Dan untuk itulah mengapa ia datang menemuiku hari ini disela-sela jam istirahatnya sebagai penjaga kasir disebuah kedai kopi. Soohyun memberikanku sebuah flashdisk yang berisi demo lagu yang ingin ia tunjukan pada Bang PD-Nim. Namun sebelum itu, ia memintaku untuk mendengarkannya lebih dulu. Ia butuh penilaian dariku dan aku akan melakukannya dengan senang hati. Sungguh berharap ia bisa segera diterima sebagai Produser Musik tetap di Hybe. Sehingga tak perlu lagi berdiri berjam-jam hanya untuk melayani para pembeli kopi. Soohyun pantas mendapatkan perkerjaan yang lebih baik dari itu.

Sepertinya aku terlalu banyak membicarakan tentang Soohyun, ya? Oke, sudahi sampai disini, karena ini bukan kisahku dengannya. Melainkan kisahku dengan si gadis warna-warni yang hebatnya masih membuat jantungku berdegub tak karuan walau aku sudah tak tau keberadaannya dimana. Mungkin sudah pulang bersama si Jung, temannya itu. Ahh, sial, membayangkan mereka pergi bersama membuatku diserang rasa kesal, tak suka.

Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Setidaknya sudah ada sedikit kemajuan untuk hubungan kami, bukan? Berawal dari dia yang tidak pernah melihat kearahku, sampai akhirnya bisa kulihatnya tersenyum padaku.

Astaga, mengingat senyum manisnya membuat jantungku kembali berdegub tak normal.

"Yoongs, kau salah minum obat, ya?" sensasi dingin kurasakan pada permukaan kulit dahiku. "Tapi normal, kok. Tidak sedang demam,"

The HiraethWhere stories live. Discover now