CHAPTER - 03

100 24 33
                                    

The Hiraeth

🌻🌻🌻

Dering alarm membangunkan tidurku pagi ini. Aku menggeliat pelan, masih dengan kondisi setengah mengantuk mengulurkan tangan untuk meraih ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidur, hendak mematikan alarm yang masih terus berdering.

Butuh sedikit usaha untuk melakukannya, dikarenakan seseorang tengah memeluk pinggangku begitu erat. Itu Yoongi, tentu saja. Memangnya siapa lagi yang bisa memelukku seintim ini selain dia? Tidak ada. Hanya Yoongi yang bisa dan selalu melakukannya untukku.

Kalau dipikir-pikir Yoongi memang hampir tidak pernah menemaniku di saat aku hendak terlelap, tetapi ajaibnya dia akan selalu kutemukan di kala aku membuka mata. Seperti pagi ini, lagi-lagi aku terbangun dalam dekapannya.

"Sudah ingin bangun, hmm?"

Suara serak khas bangun tidurnya menyambangi pendengaranku sesaat setelah aku mematikan dering alarm. Setelahnya kurasakan Yoongi mengeratkan dekapannya. Bisaku rasakan deru napas hangatnya pada tengkuk leherku

"Selesai jam berapa semalam, Yoon?"

Ia terlebih dahulu memberikan satu kecupan pada tengkuk leherku sebelum menjawab, "Pukul lima pagi mungkin,"

Aku lantas melihat kearah jam dinding yang saat ini sudah menunjukan pukul enam lewat empat puluh menit, dan itu berarti Yoongi baru terlelap kurang dari dua jam. Aku menghela napas, jika sudah menyangkut pekerjaan ia memang selalu lupa waktu.

"Kalau begitu lanjutkan tidurmu,"

Tidak ingin mengusik tidurnya, aku mencoba melepaskan diri. Akan tetapi, Yoongi justru semakin mengeratkan dekapan, tidak membiarkanku beranjak.

"Sa, hari ini tidak perlu bekerja saja, bagaimana?"

Dahiku mengernyit, lantas berbalik menghadapnya, "Ada apa?" menatapnya heran, karena memang tidak biasanya dia seperti ini.

Yoongi tak lantas menjawab, ia hanya terus menatapku sampai di mana kurasakan bibirnya berada di atas bibirku, memberikan satu lumatan lembut di sana, "Hanya ingin bersamamu saja," ujarnya kemudian.

Aku memberinya seulas senyuman. Perlakuan Yoongi pagi ini agak berbeda. Terlihat lebih manis dari biasanya.

"Memangnya hari ini kau tidak pergi ke agency?"

Berpikir sejenak, "Pergi. Tapi mungkin agak siang," jawabnya kemudian.

Senyumku hilang, tergantikan dengan sebuah dengusan pelan.

Lalu, untuk apa dia memintaku tidak pergi bekerja kalau pada akhirnya dia akan tetap pergi meninggalkanku sendirian.

Egois sekali.

"Kalau kau mau, kau bisa-"

"Kalau begitu aku juga harus pergi bekerja," Putusku.

Sudah terlanjur kecewa dengan jawabannya. Kalau saja tadi dia bilang tidak akan pergi bekerja, aku pun pasti akan melakukan hal yang sama.

"Lepas, Yoon. Aku harus bersiap-siap," Aku menggeliat -kali ini agak kasar, menyingkirkan lengannya yang masih melingkari pinggangku.

Atas pergerakanku itu Yoongi pun melonggarkan dekapannya, sehingga aku berhasil meloloskan diri, "Lanjutkan saja tidurmu. Akan kubuatkan sarapan, kau bisa menghangatkannya untuk makan siangmu nanti,"

Tanpa menunggu responnya, aku lantas merajut langkah keluar dari kamar, meninggalkannya.

Pagi ini moodku sudah hancur karenanya.

The HiraethWhere stories live. Discover now