CHAPTER - 11

77 25 32
                                    

The Hiraeth

🌻🌻🌻

"Tidak perlu, Jung. Tadi Kak Hoseok mampir sebentar, membawakanku sarapan dan juga baju ganti,"

Kulirik kotak bekal pemberian Kak Hoseok di atas nakas, yang isinya hanya sanggup kumakan beberapa suap saja. Hanya agar perut kosongku terisi.

Sementara untuk baju gantinya sudah kukenakan. Kak Hoseok bilang, Kak Jiwoo yang menyiapkan semuanya untukku. Setelah ini aku harus berterimakasih padanya.

"....,"

"Iya, tidak perlu repot-repot. Untuk makan siang pun kurasa tidak perlu, tetapi terima kasih untuk niat baikmu," lagi, kutolak halus niat baik Jungkook yang ingin membawakanku makan siang.

"....,"

"Keadaan Yoongi?" kuhela napas melihatnya yang masih belum tersadar. Setelahnya, kupusatkan fokus pada pemandangan di luar jendela, "Masih belum tersadar. Dokter bilang ini hanya efek dari obat biusnya yang masih bekerja, tetapi aku tetap saja khawatir. Ini bahkan sudah menjelang siang dan belum ada tanda-tanda dia akan membuka mata,"

"....,"

"Iya, kuharap juga begitu,"

Di seberang sana Jungkook menyemangatiku.

"Ahh iya, Jung. Aku sudah meminta izin pada Pak Kim untuk mengambil cuti selama beberapa hari, setidaknya sampai Yoongi sudah dibolehkan pulang. Dan untuk proyek yang sedang berjalan, bisa kau tangani sendiri dulu? tetapi jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku kapan pun,"

"....,"

"Terima kasih, Jung. Aku-"

"Sa, Saeun-ah,"

Panggilan lemah itu menghentikan ucapanku. Lantas, kutolehkan kepala, mendapati Yoongi sudah membuka mata di sana. Ia mengerjab, lalu menatapku dengan tatapan lemahnya.

"Jung, Yoongi sudah sadar. Kututup dulu, ya,"

Tanpa menunggu balasan dari Jungkook, sambungan telepon langsung kuputus. Buru-buru menghampiri Yoongi.

"Jangan bergerak dulu, Yoon. Biar kupanggilan Dokter,"

Kutekan bel yang berada di samping ranjangnya. Tidak lama kemudian Dokter Kim Junwan dan seorang perawat pria datang.

Sekilas, membungkuk padaku, sebelum akhirnya mulai mengecek keadaan Yoongi. Kini, Yoongi sudah dalam posisi duduk, bersandar pada kepala ranjang.

"Oke, Yoongi-ya, coba sekarang kau gerakan jarimu dengan perlahan," instruksi Dokter Kim.

Dokter muda itu menggunakan bahasa informal pada Yoongi. Nampaknya mereka memang sudah sedekat itu. Wajar saja, mereka sudah menjalin hubungan pasien dan Dokter sejak dua tahun lalu, bukan?

"Pelan-pelan saja,"

Dokter Kim kembali memberi instruksi, melihat Yoongi masih bergeming, tetapi raut wajahnya menunjukan kesakitan. Dan kulihat tidak ada satu pun jari tangan kirinya yang bergerak.

Kuharap semuanya baik-baik saja.

"Ayo, di coba lagi. Digerakan perlahan,"

Aku menundukan kepala, menggigit bibir kuat-kuat. Takut sekali jika kemungkinan kelumpuhan itu benar-benar menimpahnya. Aku mohon, jangan.

"Iya, benar seperti itu. Ayo, coba di gerakan lebih kuat,"

Mendengar ucapan Dokter Kim aku kembali melihat kearah Yoongi. Kulihat jemarinya mulai menunjukan gerakan. Memang masih gerakan lemah, tetapi mampu membuatku bernapas lega.

The HiraethDove le storie prendono vita. Scoprilo ora