CHAPTER - 30

116 20 25
                                    

The Hiraeth

🌻🌻🌻

Selamat Datang di Dunia
Min Yoongi
.
.
.
☘☘☘

Namanya Lee Saeun, Mahasiswi Akuntansi semester tiga akhir. Hoseok memberitahu ketika aku menyuruhnya mencari tahu. Tentu saja dengan embel-embel tinggal gratis di flatku selama ia belum menemukan tempat tinggal baru -pasca pindah dari  flat lamanya sebulan yang lalu.

Oke, lupakan soal Jung Hoseok yang saat ini sudah hilang entah kemana. Tadi, kami memang bersama, sebelum akhirnya ia pamit pergi meninggalkanku seorang diri disini. Taman belakang kampus. 

Sebenarnya aku tidak sendirian.  Aku bersamanya, iya bersama dia, Lee Saeun, gadis yang tengah sibuk memberi makan molly, seekor kucing betina berbulu hitam. Tentu saja dengan jarak aman. Kurasa gadis itu bahkan tidak menyadari kehadiranku. Seperti hari-hari sebelumnya. Dia yang terlalu sibuk bermain dengan molly, sementara aku berpura-pura sibuk dengan ponselku, walau faktanya pandangan ini tak pernah lepas memperhatikannya. 

Tidak begitu yakin sejak kapan kegiatan konyol ini rutin aku lakukan. Mungkin, sudah sebulan belakangan ini, ketika si gadis mulai ikut-ikutan mengunjungi rumah molly. 'Rumah' yang aku maksud disini bukan rumah kucing pada umumnya. Rumah molly yang aku maksud hanyalah berupa tumpukan papan kayu yang dibentuk sedemikian rupa, di rekatkan dengan paku yang di palu, lalu jadilah sebuah tempat untuk si kucing berteduh dari sinar matahari, pun rintik air hujan.

Aku yang merakitnya. Dua bulan lalu, ketika tak tega melihat seekor kucing liar yang tengah mengandung tak punya tempat tinggal untuk berteduh. Tak lupa, aku pun rutin memberinya makan. Biasanya kulakukan ketika jam kuliah usai.

Sampai dimana, gadis dengan senyum semanis gula-gula itu mulai sering kulihat kehadirannya di rumah molly. Juga, tak lupa ikut memberi si kucing makan. 

Sejak saat itu, diam-diam aku memperhatikannya. Mungkin, alasan terbesarku selalu menyempatkan diri mengunjungi taman belakang kampus bukan lagi untuk melihat molly, melainkan untuk melihat si gadis warna-warni itu. 'Gadis warna-warni', aku menyebutnya demikian bukan tanpa alasan, karena dia memang terlihat penuh warna. Terlihat dari warna pakaian yang ia kenakan. Dua hari yang lalu ia memakai kemeja berwarna biru langit, kemarin blus dengan warna merah jambu yang manis dan hari ini sweater rajut berwarna hijau segar yang menjadi pilihannya.

Dilihat dari warna pakaiannya saja sudah terlihat sekali ia si pecinta warna-warna cerah. Berbanding terbalik denganku si pecinta hitam. Lihat saja, pakaianku hari ini lagi-lagi berwarna hitam pekat.

Cocok tidak, ya, jika kami disandingkan bersama?

Sial!

Apa yang aku pikirkan?!

Ohh, lihat, dia melambaikan tangan. Tersenyum, manis sekali. Lantas, suara lembutnya mengalun.

"Sudah selesai?"

Aku tak menjawab. Karena memang bukan aku yang ia ajak bicara. Melainkan pria dengan sepatu boots super besarnya itu. Pria yang memang selalu ia tunggu kedatangannya. Aku juga tahu, ia mengunjungi rumah molly semata-mata hanya untuk mencari kegiatan sembari menunggu si pria selesai dari kegiatan clubnya. Setelah itu mereka akan pergi bersama. Selalu seperti itu setiap hari. 

"Sudah menunggu lama, ya?"

"Tidak, kok," ia menggelang. "Tapi memang lebih lama dari biasanya, sih," 

Aku yakin saat ini gadis itu pasti sedang menunjukan cengiran bodohnya, terlihat dari si pria yang sepertinya tak tahan untuk tidak memberi usakkan gemasnya pada surai kecoklatan si gadis. Dan aku kesal melihatnya, tidak tahu mengapa. 

The HiraethWhere stories live. Discover now