CHAPTER - 23

132 18 33
                                    

The Hiraeth

🌻🌻🌻
.
.
.
.

Pagi ini aku terbangun lebih awal dari biasanya, meninggalkan Yoongi yang masih terlelap dalam tidurnya.

Kupandangi test pack yang diam-diam Kak Jiwoo berikan padaku semalam. Kak Jiwoo menyuruhku untuk mengeceknya pagi ini, setelah ia begitu yakin bahwasanya mual yang kurasakan semalam adalah tanda-tanda kehamilan muda.

Terlebih, sudah dua bulan ini aku memang mengalami keterlambatan datang bulan. Bukannya tidak menyadari akan hal itu, hanya saja siklus menstruasiku memang tidak begitu telatur sejak awal. Aku pernah mengalaminya beberapa kali dan itu hanya karena hormonku, bukan karena kehamilan.

Lalu, apakah yang kali ini benar karena aku hamil?

Jika memang benar, bukankah seharusnya aku senang?

Namun, semalam, selepas pulang dari kediaman Kak Jiwoo, baik aku maupun Yoongi hanya terdiam, tidak ada diantara kami yang kembali membahas tentang perkiraan kehamilanku itu. Dengan aku yang justru terus meyakinkan diri mual yang aku rasakan akhir-akhir ini hanya karena aku sedang kelelahan, hanya masuk angin biasa.

Mungkin karena sudah terlalu sering dikecewakan, sehingga yang kali ini membuatku tidak ingin terlalu banyak berharap. Takut dikecewakan lagi.

Atau memang ada sesuatu yang lebih membuatku takut?

Masih terus kupandangi alat tes kehamilan digenggaman. Kugigit bibir bawah kuat-kuat.

Haruskah aku mengeceknya sekarang?

"Sa?"

Suara ketukan pintu kamar mandi terdengar. Itu Yoongi.

"Kau di dalam?"

Kuteguk saliva, "Iya, Yoon. Sebentar,"

Buru-buru, kumasukan test pack ke dalam saku piyama, mengurungkan niat untuk mengeceknya. Biar nanti saja.

Terlebih dahulu ku basuh wajah sebelum beranjak keluar, menghampiri Yoongi. "Kok, sudah bangun, Yoon?" mendapatinya berdiri di ambang pintu dengan wajah kusut khas bangun tidur.

"Kau sendiri kenapa sudah bangun jam segini?"

Waktu memang baru menunjukan pukul setengah enam pagi. Memang terbilang cukup aneh untuk kami terbangun di jam sepagi ini. Biasanya kami baru akan terbangun di pukul tujuh atau delapan pagi.

"Tiba-tiba ingin buang air kecil," alasanku.

Yoongi mengangguk paham, "Kondisimu sudah lebih baik?" tanyanya kemudian.

"Sudah," seulas senyum kecil kuberikan. "Kemarin hanya kelelahan, kok,"

Yoongi memberi usapan lembut pada bahuku, "Syukurlah," senyum lembutnya tersemat dibibir. "O..ya, pagi ini aku ada janji temu dengan Jae Sang Sunbaenim. Masih ada yang harus di diskusikan mengenai kolaborasi kami. Mau ikut?"

Aku berpikir sejenak, sampai gelengan kepala kuberikan, "Tidak, deh. Nanti malah menganggu pekerjaanmu. Sepertinya hari ini aku akan pergi belanja bulanan saja," aku sungguh memberi alasan yang sebenarnya, di mana rencana untuk pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanan memang sudah ada sejak kemarin saat melihat persediaan bahan makanan kami sudah menipis.

"Kalau begitu biar aku temani kau terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Jae Sang Sunbaenim,"

"Eh, tidak perlu, Yoon," tolakku. "Kau fokus bekerja saja. Jangan sampai Jae Sang Sunbaenim menganggapku tidak profesional karena mengundur waktu temu hanya karena ingin menemaniku. Lagi pula, aku bisa sendiri, kok,"

The HiraethWhere stories live. Discover now