(12) Back to Reality

5 1 0
                                    

cr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

cr. to owner

12) Back to Reality


“Permisi aku mau mengambil foto, jangan tidur disini!” Tegur seorang gadis SMA menepuk bahu Jumin beberapa kali.

“Hei, bangunlah” Kemudian Jumin terbangun dari tidurnya dan mengerjap beberapa kali.

“Kenapa bisa tidur di bawah pohon sih, aneh sekali” Komentar gadis itu setelah Jumin berusaha menguasai tubuhnya yang oleng saat berdiri.

“Wah! Jam 5 sore!” Ia melihat jam tangannya dan segera berlari menuju rumahnya.

Ia terpanik-panik membuka pintu rumah dan segera masuk.

“Syukurlah, tidak hujan” Jumin yang teringat pakaian di jemuran itu bisa bernafas lega saat mendapati jemurannya masih lengkap dan segera mengangkatnya.

“Tunggu dulu” Jumin teringat sesuatu setelah meletakkan pakaian kering di atas meja. Ia menyalakan televisi karena rasanya sepi sekali membuatnya tak nyaman. Kemudian permepuan itu mengecek ponselnya.

“Waduh, kenapa banyak pesan yang belum kubalas?”

“Hah? 2034?” Jumin sempurna membelalakan kedua matanya ketika mengingat ia telah kembali ke masa sekarang.

Setelah sebelumnya ia berada di tahun 2020. Dan terjebak disana.
Jumin menatap sekelilingnya.
Mencubit kedua pipinya berharap ini bukan mimpi.

“Bukan mimpi?!” Dengan ekspresi yang sulit diartikan Jumin tersenyum lebar dan berteriak tidak jelas.

Sampai kemudian ia kembali mengecek ponselnya. Ratusan pesan yang belum dibalasnya membuatnya mendadak deg-degan. Padahal hanya pesan singat dari teman dan keluarganya. Bahkan Minhee.


[2034-11-15]

| Saya
Minhee.
Kau sedang apa? Sibuk ya?
Aku tidak tahu ini mimpi atau bukan, tapi disini aneh sekali. Mereka bilang sekarang adalah tahun 2020. Aneh kan?

|Saya
Aku sedang berada diluar dan rumah kita mendadak hilang entah kemana. Aku sudah mencari kemana-mana tapi tetap tak ada.

|Saya
Minhee, aku takut. Aku harus tidur dimana? rumah kita hilang



[2034-11-20]

|☆KangMinhee☆
Jumin, sampai rumah
cuci rambutku ya



[2034-11-21]

|Saya
3 hal yang paling tidak aku sukai
1.Dibohongi
2.Masuk angin
3. Jauh denganmu


[2034-11-25]

|☆ Kang Minhee☆
Kenapa tak balas pesanku?
Bagaimana kabar disana?
Beras masih ada kan?

|Kang Minhee☆
Pulsamu habis? Bilang dong.
Aku kirimi pulsa ya


     Jumin sampai menutup mulutnya membaca deretan pesan-pesan tidak nyambung yang saling terhubung antara dua dimensi tersebut. Minhee mengirim pesan dan Jumin juga mengirim pesan, tak ada balasan dari tiap pesan itu, hanya pesan singkat yang terkirim di waktu yang tak bersamaan.

Karena Jumin sudah kembali ke ‘masa’nya, pesan itu otomatis terkirim kepada Minhee. Dan pesan Minhee yang awalnya tidak terkirim karena beda ruang itu juga sama otomatis terkirim ke Jumin.

“Ya Tuhan” Jumin menggelengkan kepalanya masih tidak menyangka akan apa yang terjadi.

Sambil membalas seluruh pesan dengan perasaan campur aduk, perempuan itu mendadak sakit kepala.
Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu, membuat Jumin mau tak mau bangkit dari duduk meratapi nasib-nya menuju pintu utama.

“Ibu? Ayah?” Ia kembali dikejutkan dengan kehadiran mertuanya.

“Selamat malam Jumin bagaimana kabarmu? Kau tahu kemarin kami kemari namun rumah sepi, mungkin kau sedang belanja keluar” Ibu mertuanya memeluk Jumin kemudian berjalan masuk ruang tamu.

“Ibu Ayah mau minum apa?” Tanya Jumin canggung.

“Tidak usah, kami barusan makan diluar tadi, masih kenyang” Kini Sang Ayah yang menjawab.

“Baiklah” Kemudian Jumin duduk di salah satu kursi yang kosong.

“Bagaimana hari-harimu? Apa Minhee sering mengirimi kabar?” Tanya Ibu.

“Hm. Tentu, tapi kurasa dia lebih sibuk dari biasanya” Jawab Jumin tersenyum.

“Baguslah, apa bahan makanan masih ada? Kalau habis bisa hubungi kami. Kita belanja bersama, sudah lama kan tidak belanja bersama?” Jumin tersenyum ketika surainya diusap lembut oleh Ibu Minhee. Berlanjutlah obrolan mereka sampai agak larut malam, akhirnya kedua orangtuanya itu pamit pergi.

“Sebentar lagi Minhee kembali kan? Baik-baiklah kau dengannya, dia sering ngambek kalau sedang kelelahan, marahi balik saja jika dia marah-marah tidak jelas, hahaha” Kata Ayah Minhee sebelum keluar rumah

“Tenang saja, aku akan membuatnya tidak ngambek”

“Daah, selamat tinggal. Besok-besok kalian berdua yang pulang ya!” Jumin mengangguk mengiyakan.

Akhirnya mereka pergi meninggalkan Jumin sendiri.
“Hahh” Jumin menghela nafasnya, menyeret kakinya menuju kasur kesayangan.

“Brukk!” Ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur dan menatap plafon

“Minhee. Aku kangen..”

__”


     Semalam ia sibuk memandangi foto Minhee di ponselnya sampai ketiduran. Dan ia terbangun lebih awal karena mendadak sakit perut dan pusing.
Ia berlarian ke kamar mandi seperti dikejar setan dan mengeluarkan isi perutnya.

“Apa aku salah makan ya?” Jumin mengingat-ingat apa yang ia makan sebelum ini.

“Masa’ gara-gara daging sapi dari masa lalu sih?” Ia mengerutkan keningnya dan jadi malas ambil pusing dengan perkara sakit perutnya.

“Semoga dengan ini manjur” Ucapnya mengambil sebotol minyak angin dan mengusapkannya di sekujur tubuhnya.

“Huek” Karena mencium bau minyak angin itu ia ingin muntah, karena memang baunya tidak enak.

“Sial. Bau sekali” Umpat Jumin menutup botol minyak angin itu sambil menahan nafas.

Masih pukul 5 pagi namun Baek Jumin kelaparan dan ingin memasak sup hangat yang mudah-mudahan membuat perutnya lebih baik.

Ia sibuk memasak di dapur sampai tak sadar langit sudah agak terang.

“Sekalian saja sarapan” Gumamnya lanjut menyeruput kuah sup.

“Oh iya, cucian~” Setelah selesai makan Jumin beranjak dari duduknya untuk membersihkan rumah yang cukup lama ia tinggal pergi, pergi ke masa lalu.

     Sampai sekarang ia suka tertawa sendiri mengingat betapa lucunya pertemuannya dengan Kang Minhee SMA di masa lalu.
Sampai tidak menyangka jika foto pernikahan berukuran besar di ruang tengah itu adalah dirinya dan Minhee yang ia temui di masa lalu beberapa hari belakangan.

'Kriing!' Sedang sibuk memindahkan cucian dari mesin cuci ke ember tiba-tiba telepon rumahnya berdering
Ia membiarkannya sebentar.

Kalau penting ia pasti akan menelpon lagi’ batin Jumin tak bergerak

Akhirnya ia menghampiri karena berisik.

“Halo” Sapa Jumin datar

“Halo Jumin!?” Sapa seorang yang menelponnya itu heboh.

“Maaf dengan siapa?” Tanya Jumin hati-hati, dari logat bicara si penelpon sepertinya ia sudah kenal dengan Jumin.

“Aku Lucy, No Hyojung! Kau lupa?”
Jumin membelalakkan matanya tak percaya.

“Sebentar! Ini bukan mimpi kan?” Tanya Jumin tidak menyangka.

“Wah benar-benar! Bagaimana kabarmu? Apa kau jadi melanjutkan studi S3?” Tanya Jumin menyandarkan bahunya pada dinding.

“Tidak jadi, Aku tidak diizinkan oleh suamiku, tapi aku sudah berhasil membuka cabang klinik kesehatan di desa tempat asal Taehyun” Cerita Lucy membuat senyum Jumin mengembang
Jumin tersenyum mengingat dulu ia pernah pura-pura menyukai Taehyun karena tak ingin ketahuan sedang naksir Eunsang.

Dan Kini Taehyun sudah menjadi ayah dari anaknya Lucy. Sangat tidak bisa diduga sama sekali.

“Benarkah? Keren! Kapan kita bisa bertemu? Aku merindukanmu” Ucap Jumin sekaligus bertanya.

“Hahaha. Ayo bertemu, kau bisa main ke klinikku yang ada di kota, aku ada disana pagi ini, mungkin sampai siang, entahlah kadang Taehyun tiba-tiba menjemput ” Senyuman Jumin mengembang lebih lebar.

“Ayo bertemu!”


__”

to be continued

__"


✔️Kang Minhee - Suami dari Masa Depan (2)Where stories live. Discover now