[017]

1.3K 219 125
                                    


DON'T DIE!

copyright, 15 September 2022

.
.
.

RASANYA masih sama.

Tidak ada yang berbeda atau berubah. Semuanya sama persis dengan yang pertama kali terjadi.

Perasaan menjijikkan dalam dirinya yang menggelegak kala dokkaebi itu mengoceh. Menatap ke semua orang yang ada di gerbong kereta bawah tanah dengan tatapan gembira seolah-olah mengharapakan sebuah penghiburan yang dapat memanjakan mata. Namun, dibanding terbalik dengan mahkluk berbulu yang mengingatkannya pada bantal yang disukai Cale, Joonghyuk lebih merasa jijik pada sang keberadaan yang kini sedang menonton.

Sejak awal, ia sama sekali tidak mengerti alasan dibalik kejadian aneh ini.

Dunia damainya dihancurkan.

Beragam skenario-skenario buruk dari yang terburuk terus bermunculan. Memicu tragedi yang memakan banyak korban.

Monster-monster berkeliaran, memangsa kehidupan seakan-akan mereka adalah makanan yang memang sudah disediakan untuk dimakan.

Anak-anak yang biasanya berlari riang bermain bersama terbengkalai dengan tubuh berceceran.

Tak ada lagi tawa. Tak ada lagi canda. Yang tersisa hanyalah kesedihan. Kehampaan, kesakitan, keputusasaan serta kematian.

Setiap detik nyawa melayang tanpa satu pun terganti oleh kelahiran. Semuanya dimusnahkan seolah-olah sejak awal mereka memang telah dipersiapkan untuk dilenyapkan.

Sedikit pun, Joonghyuk tidak pernah bisa memahami apa arti dari semua ini.

Kehancuran dunia yang membuat sosok yang dicintainya mati. Meninggalkan trauma mendalam yang membuatnya ketakutan. Sehingga tanpa sadar ia telah mengambil keputusan salah yang berakhir penyesalan. Kematian Cale di regresi keduanya yang disebabkan olehnya memicu kemarahan juga kebencian teramat dalam pada dirinya sendiri.

Kali ini, di regresi ketiga, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Apa pun. Apa pun akan ia lakukan untuk mencegahnya dari kematian yang entah mengapa terasa begitu dekat membayang-bayangi seakan-akan malaikat pencabut nyawa selalu mengikuti ke mana pun belahan jiwanya pergi.

Joonghyuk tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya. Menatap tajam ke arah pintu besi yang menjadi penghubung antara gerbong 3707 dengan 3807 yang saat ini ditumpangi Cale. Segera setelah skenario pertama selesai, ia akan menghancurkan pintu itu lalu membawa Cale pergi dari tempat ini sebelum skenario kedua dimulai.

Jadi, karena itulah, ia yang tak ingin membuang waktu dengan cepat membantai semua orang yang ada di gerbong kereta.

Menghunuskan pedang ke tubuh orang-orang entah itu kepala, leher, jantung atau dengan tak berperasaan membelah juga memotongnya menjadi dua bagian. Masa bodoh dengan rasa kemanusiaan. Di dunia yang sudah hancur ini, perasaan itu sudah lama ia tinggalkan sejak dirinya mendapati kematian Cale di depan matanya di regresi pertama.

Baginya, keberadaan orang-orang ini hanyalah penghalang. Beban tak berguna yang akan menghambat jalannya menuju Cale yang mungkin di gerbong sana sedang kebingungan juga ketakutan.

Ia tahu, meskipun Cale adalah orang yang acuh tak acuh serta cuek terhadap keadaan sekitar namun, pribadinya yang lemah dan ringkih itu mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Walaupun begitu, ia tidak akan membiarkan Cale sendirian di sana menghadapi bahaya yang mungkin mengancam keselamatan juga kesejahteraannya.

[Wowwww ... ini benar-benar gila! Kau membunuh mereka semua tanpa sisa?]

Suara dokkaebi yang entah berada di mana terdengar. Namun, Joonghyuk tahu bahwa makhluk sialan itu ada di sekitarnya meskipun tak terlihat.

DON'T DIE!Where stories live. Discover now