[004]

1.8K 260 47
                                    


DON'T DIE!

copyright, 16 Agustus 2022

.
.
.

JOONGHYUK tersentak. Terbangun begitu saja dari tidurnya. Napasnya terengah, keringat sebesar biji jagung membanjiri tubuhnya. Kepalanya memberat, terasa sakit dengan berbagai macam puing-puing ingatan tak jelas.

Rasa merinding yang menjalari tulang punggungnya membuat ia tanpa sadar menggigil dalam kegelisahan. Gusar, ia melirik ke arah kalender yang bertengger di meja kecil samping tempat tidurnya dan seketika bayangan darah yang memandikan Cale terbayang dalam benaknya.

“Cale!”

Rasa panik yang menggelegak membuatnya dengan cepat meloncat dari tempat tidur lalu berlari keluar kamar. Langkahnya yang tergesa-gesa dan terburu-buru membuat adiknya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga terperanjat, menatap heran juga bingung sang Kakak yang tiba-tiba dipenuhi kepanikan yang tergambar jelas di wajahnya yang biasanya berekspresi datar.

Oppa!?

Joonghyuk mengabaikan panggilan adiknya, Mia. Ia yang tengah gelisah dalam ketakutan yang merajalela dengan begitu saja menancap gas menuju kediaman Cale, si cantik berambut merah.

Mobil Civic hitamnya melaju membelah jalanan yang kebetulan lenggang dengan kecepatan yang sedikit di atas normal. Menempuh perjalanan yang seharusnya memakan waktu sekitar 45 menit itu kini berkurang menjadi 20 menit.

Menghentikan mobilnya tepat di depan pekarangan salah satu rumah mewah yang terletak di Seoul milik keluarga Kim, Joonghyuk yang sudah terlampau kehilangan sabar dengan terburu keluar. Berjalan cepat memasuki kediaman Kim tanpa sedikit pun menghiraukan sapaan sopan sang pelayan. Tujuannya saat ini benar-benar hanya terfokus pada satu orang.

Menapaki satu persatu anak tangga yang akan membawanya ke kamar sang pemilik rumah yang sudah ia hapal di luar kepala, tanpa membuang waktu ia langsung menerobos masuk ke dalam setibanya ia di depan kamar di mana si empunya kini sedang tidur siang.

Napas Joonghyuk yang terengah-engah seketika tercekat, tubuhnya membeku kala tatapannya jatuh pada sosok cantik yang meringkuk di antara dua boneka kucing berwarna merah dan abu-abu silver yang ia hadiahkan setahun lalu.

Tatapannya bergetar, otak sialannya yang memiliki ingatan tajam memutar kembali adegan di mana Cale yang tergeletak dengan darah mengucur dari dadanya memenuhi inderanya. Bayang-bayang si cantik yang terbunuh karena ketidakmampuannya untuk melindungi seolah sedang mencabik-cabik setiap sel hatinya yang meraung dengan pernyataan bahwa apa yang ia alami hanyalah mimpi.

Mimpi buruk yang sampai kapan pun tak akan pernah sudi ia alami lagi.

Perlahan, ia mulai menggerakkan kakinya. Sedikit demi sedikit melangkah mendekat lalu dengan penuh kelegaan yang menggelegak tubuhnya jatuh begitu saja di samping tempat tidur Cale.

Tangannya terulur, menyentuh jari jemari lentik si cantik berambut merah yang begitu kontras dengan warna kulitnya yang sehat. Meski sama-sama putih namun, warna kulit Cale terlihat sangat pucat bagaikan mayat.

“Cale...” bisiknya menggenggam tangan Cale lalu membawanya ke bibirnya yang dengan lembut ia membubuhkan ciuman penuh cinta di setiap buku-buku jarinya.

Menyentuh kilauan perak yang tersemat di jari kelingking dan telunjuk tangan kanan yang tanpa sadar menerbitkan senyum di bibirnya saat melihat cincin pemberiannya masih dipakai sampai sekarang.

Emh...” erangan lembut Cale yang tiba-tiba terdengar menyentak lamunan Joonghyuk yang saat ini tengah bersandar di telapak tangan Cale yang ia genggam.

DON'T DIE!Where stories live. Discover now