32

52 5 23
                                    

Saat Lakuna melangkahkan kaki keluar dari kelas, matanya langsung disuguhkan oleh banyaknya penghuni sekolah yang berkeliaran sana sini. Saking banyaknya, rasanya setiap sudut ditempati mereka untuk nongkrong bersama yang lain. Suara gelak tawa, teriakan berisi ejekan lucu atau suara permainan alat musik menyapa kedua pasang telinga Lakuna.

Lihatlah mereka semua. Para tokoh utama di cerita mereka sendiri namun menjadi tokoh utama dicerita orang lain. Lalu, bagaimana dengan Lakuna? Jika dia juga tokoh utama di dalam naskah ceritanya sendiri, akan seperti apa akhir cerita itu? Apakah berakhir tawa atau duka? Apakah dia akan mendapatkan akhir bahagia di masa depan atau malah sebaliknya, berakhir tragis yaitu kematian?

Entahlah! Lakuna juga bukan peramal. Di dunia ini ada Empat misteri kehidupan, dan salah satunya adalah langkah 'masa depan'. Kita tidak akan tahu apa yang akan menimpa kita di masa yang akan datang. Masa depan bisa dipikirkan, bisa dirancang, namun tak bisa diubah.

Perempuan berambut hitam panjang itu melangkah pelan menuju gerbang sekolah. Jika kalian bertanya, apakah dia naik kendaraan? Maka jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena semenjak motornya rusak, dia sudah tidak diizinkan menggunakan motornya lagi ke sekolah oleh Adam. Entah apa alasannya, yang pasti Lakuna tidak punya nyali untuk membantah.

Berani membantah atau membangkang sedikit saja, maka akan berakhir luka di fisik maupun mental. Dan bagi Lakuna, dia sudah cukup trauma.

Saat berjalan di koridor, seperti biasa banyak pasang mata menatapnya. Beberapa dari mereka bahkan dengan terang-terangan menghina dirinya.

Lakuna hanya bisa membuang napas lelah. Dia sangat risih tapi dia tidak punya pilihan lain menerima karena kejadian ini juga tidak akan menimpanya jika bukan karena dia yang memulai. Apalah daya dirinya yang hanya berasal dari keluarga tidak mampu. Mau melawan juga, malah akan semakin memperumit keadaan.

Yang dia lakukan hanyalah memasang wajah datar bak tembok, dengan sorot mata lurus ke depan. Perempuan itu semakin mempercepat laju langkah kakinya agar dia bisa cepat keluar dari kawasan sekolah.

Sama seperti sebelumnya, dia kembali menjadi pusat perhatian ketika dirinya berdiri di atas kawasan parkiran sekolah.

"Kak Lakuna, bukan?"

Lakuna tentu saja terkejut. Dia dengan cepat menoleh ke arah sumber suara. Dan, dapat dia lihat, seorang perempuan berambut pendek warna cokelat sedang berdiri menatapnya, sendirian.

"Kenapa?" tanya Lakuna menetralkan keterkejutannya.

Perempuan itu menggeleng pelan. "Aku cuma mau nyapa, aja."

"Hah??"

Kurang kerjaan banget, batin Lakuna.

Perempuan yang merupakan siswi dari kelas XI, tersenyum lebar.

"Aku permisi dulu, Kak." Dia melenggang pergi meninggalkan Lakuna yang mulutnya sedikit terbuka.

"Apa sih?"

Pernahkah kalian juga mengalami kejadian seperti ini? Didatangi atau diajak bicara oleh seseorang yang tak kalian kenal dengan percakapan yang kalian butuh beberapa menit untuk mengerti. Lalu, setelah itu pergi menghilang seolah tak terjadi apa-apa.

Lakuna menatap aneh kepergian perempuan itu. Dia manusia, 'kan? batin dia bertanya-tanya. Ayolah, tidak mungkin di siang bolong ada hantu yang berkeliaran.

Lakuna kembali berjalan menuju gerbang sekolah. Namun, baru beberapa langkah, dia kembali berhenti ketika seseorang memanggilnya dari arah belakang.

"Asha!"

Panjang umur sekali dia. Lakuna sangat beruntung hari ini karena tak perlu dicari pun, orangnya datang menghampiri seperti Jalangkung.

Bukanya menjawab, Lakuna memilih berbalik. Dan seperti sudah menjadi kebiasaan, jarak mereka selalu tinggal sejengkal.

Ruang KosongWhere stories live. Discover now