18

77 14 3
                                    

Lakuna berjalan cepat kembali ke kelasnya. Walaupun matanya fokus ke depan, namun otaknya masih berada di tempat lain, mengingat kejadian beberapa menit lalu. Jujur saja, dia merinding sendiri ketika dengan santainya menyentuh laki-laki bahkan memeluknya. Bisa dibilang, ini hal baru untuknya. Dia masih mengingat sensasi sapuan halus dan lembut membelai kepalanya serta pelukan erat yang sangat asing untuknya.

Sial! Dia semakin merinding dan sedikit ... tegang.

Lakuna semakin mempercepat langkahnya. Semoga saja kejadian beberapa menit yang lalu adalah terakhir untuknya. Dia tak ingin merasakannya lagi. Sungguh!

Bugh!

Bahu kiri Lakuna ditabrak membuatnya sedikit oleng ke kanan. Bukanya meringis, dia malah menatap orang yang menabraknya.

"Maaf, Kak."

Orang yang menabrak Lakuna buru-buru pergi setelah mengatakan itu meninggalkan Lakuna yang terdiam dengan kerutan terlihat jelas di dahinya.

Lakuna tidak sempat melihat nametag orang itu. Yang hanya ia lihat adalah sebuah jilbab segi empat terpasang di kepalanya dan gelang hitam dengan huruf I dipergelangan tangan kanannya.

Perempuan itu mengangkat kedua bahunya acuh. Kenapa akhir-akhir ini, dia sering sekali penasaran dengan orang lain? Ada apa dengannya?

Dia kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Menghapus semua pemikirannya tentang orang lain. Saat sudah sampai di kelas, dirinya disambut oleh teman-temannya yang sibuk mengemasi peralatan belajar mereka masing-masing.

"Kalian mau kemana?" tanyanya.

"Pulang." Musfira mendekati sahabatnya dengan tangan kiri menenteng tas Lakuna.

"Tidak belajar?"

Musfira geleng kepala. "Seluruh penghuni sekolah kecuali guru disuruh pulang. Hari ini gak belajar. Yuk, pulang!"

"Kapan ngasih pengumuman?" tanya Lakuna heran karena sedaritadi dia tidak mendengar apapun.

"Group chat Sekolah."

Lakuna mengangguk. "Kenapa gak lewat speaker aja?"

Ujung bibir Musfira berkedut keras. "Kok lo banyak tanya?"

"Karena saya tidak tahu apa-apa."

"Lo dari mana emang?" tanya Musfira greget.

Telunjuk tangan kanan Lakuna terangkat dan menunjuk ke sebuah arah.

"Dari sana. Jauhhhhhhhh ...."

Musfira memutar matanya malas lalu memberikan tas yang ia pegang ke pemiliknya yang mana disambut dengan ucapan terima kasih oleh Lakuna.

"Semua udah lengkap. Sekarang, gas pulang." Musfira menarik Lakuna pulang.

"Kita pulang jalan kaki?"

"Pertanyaan macam apa itu??" Musfira bertanya balik.

Lakuna terkekeh. "Siapa tahu kamu bakal dijemput oleh sopir pribadimu seperti di wattpad yang sering kamu ceritakan ke saya."

Musfira berdecak. "Itu di wattpad. Ini dunia nyata, besti." Dia berhenti menarik sahabatnya dan memilih berjalan sejajar.

Lakuna terkekeh lagi.

"Akhirnya kamu sadar," ujarnya.

Musfira mengangguk.

"Tapi, pernah gak sih lo mikir gimana kalau kita berdua ini adalah salah satu cerita dimana lo atau gue merupakan tokoh utama dalam cerita itu."

"Hah?"

Ruang KosongWhere stories live. Discover now