Chapter 3

21.9K 1.7K 169
                                    

Angga menyembulkan kepala dari balik pagar menjulang hanya untuk berjaga-jaga semisal bertemu dengan seseorang yang semalam membuatnya tak bisa tidur nyenyak.

Dirasa situasi masih terlihat kondusif, dia berjalan masuk sambil tersenyum lebar menyapa Pak satpam yang memerhatikan gerak-gerik dan tingkah laku aneh Angga sejak kedatangan pemuda itu.

"Pagi Pak," sapanya yang hanya dibalas balik dengan senyuman tak kalah lebar.

Angga tak mau membuang-buang waktu. Biasanya dia menyempatkan diri untuk mengobrol banyak hal dengan Pak satpam, kini dia harus bergegas menuju ruang kelasnya supaya tidak bertemu Pak Mahen.

Disepanjang lorong yang hanya terisi oleh beberapa orang mahasiswa, cukup membuat Angga bernapas lega. Dia tidak perlu mengkhawatirkan keselamatannya sebab tak menjumpai dosen Bahasa Inggrisnya.

Angga pikir Mahen sudah datang lebih awal ketimbang dirinya, mengingat sudah cukup siang sebelum kelas di mulai, namun dugaan Angga salah. Angga tak mendapati mobil dosen itu di basement kampus, dan kabar gembiranya lagi, tidak menunjukkan adanya tanda-tanda eksistensi Mahen disekitar gedung universitas.

Angga hanya berharap semoga Mahen melupakan kejadian semalam pasal salah mengirim link. Dia sungguh dibuat malu oleh keteledorannya sebagai seorang mahasiswa yang dikenal polos dan tak mengerti apa-apa.

Pada akhirnya Angga sampai dengan selamat di depan ruang kelasnya. Dia bersiap akan membuka pintu. Tetapi saat sudah berhasil terbuka, Angga refleks bergerak mundur, menjerit histeris manakala dikejutkan oleh adanya sosok yang ingin dia hindari keberadaannya hari ini justru malah berada di balik pintu sambil bersedekap dada. Memberinya tatapan dingin yang membuat Angga bergidik ngeri.

"E-eh ... P-Pak Mahen, saㅡ"

"Ikut ke ruangan saya."

Mampus!

...

Angga menunduk. Dia sungguh takut oleh Mahen yang hanya diam namun sorot matanya hanya terfokus menatap Angga.

Apakah tujuan sang Dosen membawa Angga ke ruangannya hanya untuk saling bungkam?

"Pa-pak?"

Hening untuk yang kesekian kalinya.

Mahen tak merespons. Tapi lelaki dewasa itu baru bergerak kecil setelah lamanya menit berlalu.

"Tiga puluh plus ditambah satu."

Angga mengerutkan keningnya tak mengerti. Apa maksud perkataan Mahen barusan? Apakah Sebuah teka-teki supaya Angga dapat menebaknya? Ayolah, waktu Angga terbuang percuma hanya untuk ini semua!

"Maksud bapak?"

Mahen kembali terdiam. Itu membuat Angga lagi-lagi menjerit kesal dalam hati.

"Gak ngerti, 'kan? berarti kayak otak kamu yang punya kapasitas minus plus seorang-orangnya. Tiga puluh plus ditambah satu, kamu membuat kesalahan sudah sebanyak 31 kali dan saya masih bisa sabar di kesalahan kamu yang ke-30. Tapi, bertambahnya satu kesalahan ini, saya sudah tidak bisa tinggal diam."

Angga terkesima oleh ucapan sang dosen. Dirinya tiba-tiba tak mampu untuk sekedar berbicara.

Angga hanya tidak menyangka saja jika Pak Mahen akan sebaik itu menghitung kesalahannya. Angga menjadi sangat terharu sebab ada juga seseorang yang mau mempedulikannya.

"Saya tahu usia kamu memang sudah legal, tapi anak seusia kamu masih belum diperbolehkan menonton sesuatu yang bersifat pornografi. Saya tidak menerima alasan apapun, karena kesalahan tetaplah kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan. Mulai dari sekarang, nilai Bahasa Inggris kamu akan saya kurangi sebagai bentuk hukuman."

Kedua mata Jeno membulat lebar. "Pak, gak bisa begitu dong. Cuma karena masalah ketidaksengajaan sampai main kurang-kurangin nilai sih? saya bener-bener minta maaf, tapi tolong jangan kurangi nilai saya. Bapak tega lihat bunda saya hancur perasaannya pas tau nilai Bahasa Inggris anaknya jelek? Ayolah Pak, nilai saya udah jelek jangan dibikin makin jelek dong. Kasihan sapu bunda saya kalo sampai patah cuma buat mukul saya. Kayu sekarang mahal loh, Pak."

"Peduli apa saya sama kamu kalau kamunya aja gak mau nurut?"

Nih orang baperan amat dah, heran gue.

"Yaelah Pak jahat banget. Atau gak gini, kasih hukuman lain aja kalau gitu, pasti bakal saya lakuin, serius. Tapi please, jangan hukuman yang berhubungan dengan nilai."

"Yakin mau hukuman yang lain?" tanya Mahen.

Angga langsung mengangguk mengiyakan. "Saya yakin."

Dapat dilihat senyuman tipis Mahen terbit seusai Angga menyetujui tawaran darinya. Membuat Angga mengernyitkan dahi.

"Oke kalau itu pilihan kamu. Mulai sekarang kamu jadi pacar saya."

______________

Mau nunjukin karakter Shian di sini lupa mulu. Nah, ini yang penasaran sama sosok Shian👇

Shiandra Aji Nugroho

Pak MahenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang