Chapter 2

23.6K 1.7K 25
                                    

"Pak Mahen?!" Angga menjerit kaget.

Dosen muda itu memandang Angga dengan air muka dingin. Dia tanpa mengatakan apa-apa lekas membungkuk memunguti lembaran-lembaran kertas yang berserakan.

Angga ikut membungkuk membantu sang dosen mengumpulkan kertas-kertas tersebut. Dia sungguh merasa malu sekaligus takut. Pasalnya, Mahen merupakan dosen yang sangat anti dengan kalimat umpatan. Jika mendengar mahasiswanya mengatakan hal kotor, dosen muda itu tak segan-segan untuk mengurangi nilai.

Angga menaruh kertas itu ke dalam kardus. Menumpuknya dengan cepat dan segera memberikannya kepada Mahen.

"Maaf Pak."

Mahen tak merespons. Dia segera mengambil tumpukan kardus di tangan Angga dan berlalu begitu saja.

Angga tersenyum kecut. Sudah biasa oleh sikap dingin Mahen terhadap seluruh mahasiswa ataupun mahasiswi di sini. Tak ayal sikap Mahen barusan membuat beberapa pelajar menjadi jengkel dengan dosen itu.

Meskipun begitu, tidak ada alasan bagi sebagian pelajar untuk tidak menyukai dosen tampan yang menjadi banyak incaran. Mahen adalah sesuatu bagi para seluruh pelajar yang menyukainya.

Angga dikagetkan saat pundaknya ditepuk kencang oleh seseorang. Saat hendak memprotes, rupanya gerangan yang barusan menepuknya adalah Shian. Dia lupa kalau dirinya harus menemui sang sahabat yang menunggu di fakultas Seni dengan kesal.

"Lo emang gak bisa dipercaya ya, anying! Dosen gue marah-marah sama gue karena belum bikin teks presentasi, dan sekarang gue gak dapet nilai seni gara-gara keterlambatan lo!"

"Anjir, gue minta maaf. Tadi ada masalah dikit sama Pak Mahen."

"Gue gak butuh maaf lo. Kesempatan emas gue biar bisa dapet nilai double malah ketunda lagi sama lo. Kampret bener dah."

Angga meringis kecil. Dia merasa bersalah telah membuat Shian dalam masalah.

"Yaudahlah gak papa. Gue bisa dapetin itu lagi lain kali. Gak usah ngerasa bersalah begitu," ujar Shian diimbuhi kekehan ringan saat melihat raut wajah Angga yang menurutnya tampak lucu. Bagaimana tidak lucu jika Shian disuguhi oleh Angga yang memanyunkan bibir seakan-akan pemuda manis itu bersiap akan menangis.

"Tapi gue bener-bener ngerasa bersalah, Shi. Gue minta maaf, gara-gara gue lo jadi gagal dapet nilai di mapel kesenian."

"Iya Anggaku sayang. Tapi traktir gue semangkuk bakso ditambah es jeruk!"

Angga mengangguk masih dengan bibir manyun. Hal itu membuat Shian menjadi gemas sendiri. Bersahabat dengan Angga hanya akan menjadikan Shian selalu gemas dengan lelaki manis itu.

...

Angga tiba di rumahnya dalam keadaan letih. Seharian ini beraktivitas, membuatnya kelelahan bukan main. Tugas menumpuk belum sempat dikerjakannya, ditambah lagi harus berurusan dengan beberapa dosen yang menagih pekerjaan rumah kepada Angga.

Bukan bermaksud tidak mengerjakan, tapi Angga satu dari kebanyakan pelajar yang lebih mementingkan bersenang-senang selepas jam kuliah ketimbang mengerjakan tugas. Untuk itulah Angga lupa jika dirinya mempunyai pekerjaan rumah.

"Eh? Kapan pulang, kok papa gak tahu?" Sosok pria manis muncul dari balik tembok dapur dengan apron yang terpasang.

"Baru aja, Pa. Capek~"

Papa tertawa geli memandang sang anak seperti tak mempunyai semangat hidup. "Ganti baju dulu sana. Papa mau lanjut bikin Gulai." Pria manis itu melangkah kembali ke dapur. Menyisakan Angga yang kembali bersandar sambil memejamkan kedua alat penglihatannya.

Angga memilih beranjak ke kamarnya berinisiatif istirahat sebentar. Dia menjatuhkan badannya ke atas kasur berseprai abu-abu polos. Tapi baru saja hampir terpejam, Angga lekas meraih smartphonenya yang tergeletak di samping kala terus mengeluarkan bunyi sedari tadi.

Ternyata pesan masuk dari teman-temannya.

SATU (Sekumpulan Anak Tolol Untung)

Haikal:
Gess, anu gue ngadeg pliss. Info link

Natan:
^2

Raihan:
^3

Shian:
Minta Angga cok. Beuhh, videonya mantap👍

Angga terkekeh geli membaca chat teman-temannya.

Haikal:
@Angga lo tega banget sama gue. Sepupu bukan sih kita sebenernya? Kenapa lo malah kasih linknya sama Shian duluan, kenapa gak gue dulu? Tega lo tega

Angga:
YNTKTS

Haikal:
Buruan kirim!

Angga:
Bentar anying, ini gue lagi mau salin linknya dulu. Sempet ilang tadi

Angga yang semula mengantuk menjadi kembali segar. Dia sedang berbaring santai sambil bermain ponselnya guna mencari link yang sempat dia kirim sebelumnya kepada Shian tadi siang.

Setelah disalin, dia berniat pengen langsung mengirim linknya ke grup saat tahu grup kembali dibuat ramai oleh chat tak bermanfaat dari teman-temannya.

Dan waktu link tersebut sudah terkirim, Angga sontak membelalakkan kedua matanya menyadari yang barusan dikirimnya bukanlah ke grup khusus dia bersama teman-temannya, melainkan Angga mengirim link itu kepada dosen Bahasa Inggrisnya, Pak Mahen.

Sialnya lagi, sebelum pesan Angga hapus, dosen itu sudah melihatnya terlebih dahulu. Dia buru-buru akan menghapus chatnya, tapi sang dosen sudah mengirimi balasan yang membuat Angga bergeming tak berdaya.

Sial, dia dalam masalah!

Pak Mahen

Saya rasa ada yang perlu kamu jelaskan besok pagi

Satu kata untuk Angga; tamat sudah riwayatmu.

Pak MahenWhere stories live. Discover now