Chapter 1

27.3K 1.8K 25
                                    

"Yo wassup! Lo makin manis aja."

Angga merotasikan bola matanya mendengar perkataan omong kosong salah satu sahabatnya, Natan.

"Mau apa, nyontek PR?"

Natan menyengir seraya mengacungkan dua jarinya membentuk peace. "Tau aja lo, hehe. Boleh ya? Gue belum ngerjain sama sekali, biasalah orang sibuk."

"Halah sia. Palingan sibuk ngebucin," celetuk Angga. Dia tetap memberikan buku tugasnya kepada Natan yang hanya bisa tersenyum menampilkan gigi-giginya.

"Dek Raihan nomor satu, tugas belakangan."

Angga mendecakkan lidah. Terlalu jengah oleh alasan konyol Natan agar bisa mendapat contekan darinya.

"Pak Mahen hari ini gak jadi masuk," ujar Angga santai. Membuat Natan yang sedang menulis segera menengok ke arahnya.

"Hah?"

"Pak Mahen gak jadi masuk, dia ada urusan."

"Lah anying! Kenapa gak bilang sama gue dari tadi, sih? Gue gini gak perlu susah-susah nulis PR kalo tahu dia gak jadi isi kelas!"

"Ya gue kira lo udah baca pengumuman dari grup."

Natan mengerang kesal. Pemuda itu menutup buku tugasnya dengan kasar terus berkacak pinggang. "Kebiasaan banget si Mahen, kalo ngasih pemberitahuan gak ada yang jelas kayak pelajarannya."

Angga tertawa terbahak-bahak. Dia tahu seberapa kesalnya Natan saat ini sebab dia juga pernah merasakannya sendiri.

"Yaudah sono apelin lagi si Raihan, entar keburu keduluan sama Haikal."

"Telat. Udah keduluan sama tuh malika. Pokoknya gue bakal ajak baku hantam pak Mahen! Emosi gue."

"Emang berani?" tanya Angga. Nada suaranya terdengar seperti sedang mengejek sang sahabat.

"Enggak sih."

Lagi-lagi Angga dibuat tertawa oleh jawaban setengah lesu pemuda itu. "Udahlah, gue mau nemuin Shian dulu di fakultas Seni. Bye bitch."

Angga mencangklong tasnya lalu menyambar beberapa buku yang berceceran di atas meja. Dia berlalu secara tergesa sebab Shian telah menunggunya di depan gedung fakultas Seni.

Sesekali Angga berlari kecil saat Shian terus menerus meneleponnya tanpa henti. Angga yang cukup kesulitan membawa buku-buku itu, hanya mampu mengumpati Shian yang memburu-buru Angga agar lekas cepat.

Angga melangkah sambil memerhatikan ponsel yang berada di genggamannya, tak menyadari jikalau ada seseorang berjalan dari arah berlawanan. Orang itu tampak kerepotan karena membawa dua buah kotak kardus berukuran sedang berisikan tumpukan kertas.

Sesuatu tak diinginkan pun terjadi. Mereka saling bertabrakan sehingga membuat dua kardus di dekapan orang itu terjatuh dan membongkar-bangkirkan seluruh kertas yang semula tersusun rapi.

Hal itu juga dirasakan oleh Angga. Ponsel beserta buku-bukunya terjatuh menghantam lantai.

"Bangsat, hp gue!" Angga langsung menatap seseorang di depannya, berniat melayangkan protes, tapi dia dibuat bungkam saat tahu orang di depannya siapa.

"Pak Mahen?!"

Pak MahenHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin